Beberapa waktu yang lalu, pemerintah Amerika secara resmi
menyatakan keberatan atas pernyataan Perdana Mentri Turki, Recep Tayyib
Erdogan. Sebelumnya Erdogan mengecam keras serangan Israel di Gaza. Di
antara kalimat Erdogan mengatakan bahwa Israel Israel sedang melakukan
pembersihan etnis di Gaza. Erdogan juga menyebut Israel sebagai 'negara
teroris'.
Sontak Amerika Serikat, yang jamak diketahui sebagai sekutu politik Israel, bereaksi keras atas pernyataan Erdogan.
“Saya ingin katakan bahwa beberapa retorika sangat keras yang datang
dari Turki, kami anggap sama sekali tidak membantu," kata juru bicara
Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, seperti dilansir Xinhua, Rabu (21/11/2012).
Sementara itu, sudah sejak lama AS secara resmi memasukkan Hamas
sebagai organisasi teroris. Demikian seperti yang terlampir dalam situs
resmi pemerintah Amerika Serikat, www.us.gov.
Ketika secara tidak diduga Hamas memenangi pemilu Palestina pada 2006
lalu, AS pun kebakaran jenggot. Di satu sisi, AS punya konsekuensi atas
usaha promosi demokrasi yang mereka pawangi.
Di lain pihak, AS harus berusaha melestarikan pemerintah Palestina
“yang lunak” untuk memfasilitasi kepentingan sekutu dekat mereka,
Israel. Walhasil, AS dan kompatriotnya –Israel dan negara-negara Uni
Eropa- berusaha melemahkan pemerintahan Hamas dengan memblokade aliran
dana untuk Hamas. Bantuan yang sebelumnya dijanjikan untuk Palestine Authority –pihak
yang berwenang atas Palestina selama belum diakui kemerdekaannya-
sebesar 50 juta dolar distop. Uang pajak rakyat Palestina dengan jumlah
nominal yang sama pun dibekukan Israel. Tak hanya itu, AS menekan
negara-negara Arab yang nampak hendak memberikan bantuan ke Palestina.
Akibat aksi blokade finansial tersebut, pemerintah Hamas sempat
mengalami krisis moneter. Pemerintah tak punya dana membiayai
operasional hingga sempat tidak membayar gaji 160.000 pegawainya selama
tiga bulan. Akhirnya, berkat bantuan dari negara-negara liga Arab, Hamas
sedikit demi sedikit bisa mengatasi krisis ini.
Dari data-data di atas, nampak jelas usaha AS dan sekutunya untuk
melemahkan pemerintahan Hamas yang mereka anggap teroris. Ini belum
termasuk usaha pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin Hamas yang
berkali-kali terjadi. Terakhir, pembunuhan terhadap Ahmad Al Jabaari,
pemimpin sayap militer Hamas, menyebabkan konflik militer selama
seminggu antara Hamas vs Israel.
Definisi teroris memang sangat abu-abu. Tidak jelas bagaimana suatu
golongan bisa dianggap sebagai teroris. Dalam kasus Palestina, apakah
Hamas yang merepresentasikan suara rakyat Palestina bisa dikategorikan
sebagai teroris. Selama ini, Hamas tidak pernah meluncurkan roket-roket
peledak kecuali ada intimidasi dari Israel –termasuk peluncuran roket
terakhir yang diawali oleh seranga Israel-. Lagipula, dari data yang
bisa kita ketahui dari media manapun, korban jiwa yang jatuh di
Palestina jauh lebih banyak daripada penduduk Israel yang cuma terluka.
Lalu, apakah usaha hamas untuk menunjukkan kedaulatan bangsa Palestina
sekaligus melindungi rakyatnya adalah gerakan terorisme? Saya lebih
sepakat dengan pernyataan Erdogan, Israel lah teroris yang sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar