Belum
lama ini aku bertemu kembali dengan salah satu teman seangkatan, walaupun hanya
dalam dunia maya. Lagi-lagi perkembangan teman-teman marhalah membuatku takjub,
sehingga mau tidak mau aku harus terus memperbaiki diri demi berada dalam level
mereka. Teman yang satu ini termasuk salah satunya, dia semakin menghebat
karena menemukan dunianya untuk bebas berkreasi. Ibarat benih unggul yang
bertemu dengan tanah subur, hanya tanaman super yang akan tumbuh.
Bagaimana
tidak kagum, saat ini dia sudah berhasil mendirikan sebuah “Negara”. Bukan
negara betulan tentu saja, hanya sebuah kedaulatan imajiner yang ia beri nama
republik goblok. Bentuk riilnyapun hanya terakomodir dalam blog pribadi
miliknya, www.republikgoblok.com. Dalam blog tersebut dia mengekspresikan
ide-ide kreatif dan orisinil, serta yang paling penting, solutif dan mandiri.
Panggil
saja namanya Onar. Sebenarnya dia punya nama depan yang lebih cakep, tapi
nampaknya dia lebih merasa nyaman dengan panggilan nama belakang tersebut,
meski konotasinya liar. Seperti biasa, seniman selalu punya perspektif yang
tidak umum.
Mungkin
itu hanya hal remeh, sebuah blog. Di masa digital seperti sekarang, tak perlu
mejadi seorang ekpert dalam bidang IT untuk menyusunnya, anak-anak SDpun banyak
yang mampu. Saat ini, karena informasi yang berseliweran, orang bodoh dengan
mudahnya bisa terlihat pintar dan orang pintar dapat terlihat kolot karena
masalah informasi. Tapi, justru di era globalisasi informasi ini, sulit untuk
bisa konstan bertahan dengan orisinalitas. Kita harus menjadi bebal untuk tidak
mudah mengakomodir unsur-unsur eksternal yang merusak, serta harus
pintar-pintar memilah ide-ide dunia luar sesuai dengan milik kita.
Maka,
aku anggap, konsistensi seseorang untuk terus mengutarakan ide-ide orisinilnya
adalah luar biasa. Karena bukan hanya menunjukkan kreatifitas intelegensi,
tetapi juga kekuatan karakter pemiliknya. Salah satunya, teman yang sedang aku
bicarakan ini.
“Stand
on the own shoes”, begitu filosofi hidupnya. Satu makna dengan swadeshinya
Mahatma Gandhi, selaras dengan salah satu poin panca jiwanya almameter kami,
berdikari. Dan, slogan itu bukan cuma kata-kata pemanis, dia menyelaraskan
semua itu dengan perbuatannya.
Usai
tamat sekolah, dia tak melanjutkan kuliah, aku tak tahu alasan jelasnya. Dari
temanku yang lain, aku mendapat informasi bahwa dia sempat mendirikan stand
sepatu lukis di salah satu mall di kotanya. Hei, itu adalah gerakan yang luar
biasa. Bagi cara berpikirku, membukan stand lukis di mall bersewa mahal dengan
mengorbankan kuliah adalah hal goblok.
Tapi
teman yang satu ini berani memulai, sekaligus berani menganggung semua
konsekuensi dari pilihannya itu.
Sekarang,
dia tidak lagi berjualan sepatu lukis, sudah pindah ke kota lain di pulau jawa
yang mungkin lebih memfasilitasi dia mewujudkan mimpi. Tapi dia masih tetap
sama, semakin hebat bahkan. Dia semakin menikmati dunianya berkreasi.
Mengingat
cerita hidupnya memberiku kekuatan baru bagi keyakinan lamaku akan mimpi-mimpi.
Kalian semua perlu tahu, bahwa satu-satunya hal yang membuat dia dan
orang-orang hebat lain bisa melewati segala kesulitan adalah kepercayaannya
pada mimpi. Dan aku pribadi selalu percaya bahwa level keimanan kita kepada
kebesaran Tuhan salah satunya diukur dari keberanian kita mempercayai mimpi,
dan keberanian kita memperjuangkannya.
0 komentar:
Posting Komentar