Barangkali, bagi sebagian orang, Ramadhan tak menyisakan
apa-apa kecuali penyesalan.
Ramadhan telah hendak undur diri.
Sebentar lagi ia adalah kalender tahunan yang terlewati. Ia bakal menjadi
medali bagi masing-masing peserta lomba, hadiah bagi pemenang sekaligus
iming-iming pencibir kepecundangan bagi yang kalah. Tentunya, bagi golongan
manusia yang disebut terakhir, ihwal itu menyisakan penyesalan.
Padahal, Ramadhan telah disambut
dengan kebersediaan untuk berubah. Semuanya sadar Tuhan masih sangat welas asih
pada kita tahun ini. Setelah setahun yang penuh kelalaian, Tuhan masih sudi
memanjangkan sedikit nafas kita hingga Ramadhan datang. Inilah saat menebus
dosa. Bisa saja kan, Tuhan mengambil nyawa kita ketika kita tengah terpuruk
dalam gelimang dosa?
Namun, bersama kesadaran akan
kemurahhatian Tuhan tersebut, sebagian manusia masih saja dungu. Ramadhan
berlalu seperti yang lalu-lalu, tanpa perbaikan. Satu dua ibadah sunah memang
terlaksana, tapi tak lebih dari pemenuhan rutinitas kehidupan bermasyarakat.
Tanpa ruh.
Yang mengerikan adalah apabila
kita terjebak dalam usaha sepenuh hati memenuhi protokoler formalitas tersebut.
Makanan buka yang harus lebih mewah dari biasanya, pakaian taraweh yang harus
lebih mencolok dari tetangga, atau rumah yang harus bercat lebih terang dari
rumah-rumah di sampingnya.
Sementara itu, kita lupa lebih
dermawan dari hari-hari lain, lebih menahan diri untuk tidak menunjukkan
amarah, lebih mudah memberikan senyum dan maaf, serta lebih banyak mengingat
mati.
Dan ketika Ramadhan telah berada
di ufuk, ketololan kita terdedah dengan baru mengingat niat awal yang suci.
Tapi, semuanya telah terlambat. Lailatul qadr sepertinya enggan datang pada
mereka yang mengejarnya dengan licik, lalai pada hari-hari pertama dan baru
berkelebat kencang menjelang akhir.
Barangkali, bagi sebagian orang,
Ramadhan tak menyisakan apa-apa kecuali penyesalan. Buruknya, penyesalan
seperti ini terjadi setiap tahun.
Mungkin saya termasuk orang-orang
lalai itu. Tapi kawan, karena kita tak bisa memastikan satu kursi di Ramadhan
tahun depan, kita harus membuat penebusan dosa secepatnya. Ramadhan akan segera
berganti dengan Syawal yang glamour, namun karena kita ingin menebus kesalahan,
kita harus menjalani hari-hari ke depan dengan hati Ramadhan. Hati yang lebih
berpuas diri dengan keapaadaan, hati yang lebih ingin memberi, hati yang ingin
selalu memperbaiki diri.
Dan satu-satunya jalan untuk
mendapatkan kembali Ramadhan adalah dengan menjalani hari-hari berikut laiknya
Ramadhan.
0 komentar:
Posting Komentar