Cerita keterbatasan sekaligus kedahsyatan bernama manusia
Sejak dulu saya tertarik
bercerita tentang manusia. Tapi baru akhir-akhir ini, entah mengapa, muncul
motivasi lebih untuk bertutur. Saya ingin sekali mengisahkan serba-serbi tentang
makhluk kecil nan hina. Ia yang dengan sombongnya menerima amanah memangku dunia.
Tentang ia yang lemah, tapi tanpa dinyana dapat mencipta ihwal luar biasa. Sekaligus
tentang keterbatasan-keterbatasan yang tak bisa diabaikan dalam lukisan indah
perjalanan manusia.
Saya terpesona bukan hanya
perihal bagaimana Einstein mencipta bom yang meluluhlantakkan Hiroshima, atau
bagaimana riwayat Raja Makedon meninggalkan nama di Alexandria. Saya juga
tertarik dengan fakta-fakta sampingan bahwa di balik ide-idenya yang
menginspirasi filsafat modern, Descartes adalah penyendiri dan penyuka tidur
–ia menghabiskan sepuluh jam sehari-, juga bahwa Nietzche, si anak pastor yang
taat, justru kemudian jadi gila akibat
pikirannya sendiri.
Namun, catatan-catatan ini akan lebih
khusus pada kehidupan orang-orang di lingkup hidup saya yang kecil, terbatas
dan meski tak penting, cukup mengundang kesadaran saya tentang keunikan bernama
manusia.
Barangkali, para filosof benar
bahwa manusia adalah alam kecil (mikro kosmos). Karena dalam wadah yang
terbatas ini pun, tersimpan banyak sekali keajaiban. Saya telah menyaksikan
sendiri bagaimana seorang manusia mewujudkan perkara-perkara yang mulanya
terlihat mustahil. Ada cerita bagaimana anak pegawai negri kecil di tepi hutan
dapat menyeberangi samudra, melintasi benua, dan sekarang dapat membincang
konsep-konsep mengubah dunia, atau perihal anak yang dapat kembali belajar usai
putus sekolah dan terlempar ke Papua, Maluku, dan jadi kuli panggul untuk
memberi penghidupan keluarga, dll.
Saya yakin, ada banyak orang yang
punya cerita unik macam itu –atau bahkan mengalami sendiri-. Maka saya mengajak
siapa saja untuk menceritakan, dengan begitu kita bisa saling
nasehat-menasehati dalam kebaikan, seperti firman Allah SWT dalam surat al-‘Ashr.
Saya ingin sekali bercerita
tentang itu, karena menurut saya, meski dalam hidupnya manusia selalu
dikungkung perkara –kebimbangan, kekalutan, kata Kiekegard- ia masih bisa
berbuat sesuatu, terkadang kecil, renik dan remeh tapi dapat juga mencipta
karya-karya luar biasa. Juga bahwa manusia, meski menurut Camus akhirnya tak
mampu mencerna arti sejati dari kehidupan ini, dapat mencapai sebagian makna
berguna yang memacunya menghasilkan cipta.
Barangkali aktifitas ini meski
belum tentu besar dan penting, akan menjadi pekerjaan yang panjang dan penuh
lika-liku. Mungkin akan menyita sepanjang usia. Jadi saya pikir tak ada
salahnya untuk memulai, setidaknya dari tulisan-tulisan sederhana.
0 komentar:
Posting Komentar