Untuk teman-teman.
Saya suka jalan-jalan di dunia
maya. Menyisir blog demi blog untuk mengecap tulisannya terkadang lebih segar
daripada mencicip kuliner di tempat itu-itu saja. Meski, ya, tulisan-tulisan
itu, tentu saja tidak bisa menjaga asam lambung saya untuk stabil seperti
layaknya makanan. Tapi, saya toh lebih menikmati menjadi pembaca daripada
menjadi pemakan (oh, iya, manusia adalah pemakan segala).
Seringnya, saya berkunjung ke
blog-blog penulis-penulis yang sudah jadi. Saya berharap setidaknya mendapatkan
gairah menulis dengan membaca
karya-karya mereka. Dalam beberapa kesempatan, saya beruntung menemukan perca-perca
ide tercecer di antara bangunan-bangunan bahasa yang mereka susun. Dari
potongan-potongan kecil inspirasi tersebut, saya lantas membangun “rumah” saya sendiri.
Di luar fungsi edukatifnya, karya
cipta penulis professional terkadang mengganggu pencernaan saya. Pencernaan dalam
arti majaz maupun sebenarnya. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia mencerna
baik makanan maupun kata, kalimat, serta ekspresi yang datang kepadanya. Dan
tulisan-tulisan penulis handal tersebut, saking rumitnya, terkadang sulit
dicerna otak dangkal saya, meski kening saya sudah saya kerut-kerutkan
bermenit-menit. Bila sudah demikian, saya bisa stress dan segeralah maag saya
kambuh. Saya menyimpulkan, membaca hal-ihwal yang terlampau berat terkadang
membawa efek buruk bagi kesehatan –Anda boleh menyangkalnya.
Akibat efek buruk tersebut, saya
musti mengikuti terapi kesehatan. Terapinya tak jauh dari baca-baca juga sih. Bagi
saya, ihwal membaca menulis merupakan satu program komprehensif terapi
emosional. Sekarang, saya belum bisa menjabarkan bagaimana detailnya. Tetapi saya
berjanji, suatu saat akan meneliti metode-metodenya. Barangkali bisa menjadi
saingan ESQ-nya Ari Ginanjar, :p.
Terapi dari tekanan emosional itu
adalah dengan surfing ke blog-blog ringan, biasanya berisi tulisan-tulisan
humor atau diary pribadi. Tulisan jenis terakhir memang lebih sering ditulis
tanpa pretensi, hanya mengungkapkan saja serba-serbi kehidupan yang menurut
penulis perlu diabadikan. Tapi justru karena itu, terkadang ada satu dua petuah
yang terdedah secara terang benderang.
Sementara membaca blog penulis professional
adalah lari marathon, menyusuri blog-blog sederhana adalah jalan-jalan pagi
menyenangkan. Saya menjadi lebih segar karena dalam perjalanan santai dapat
dengan mudah memungut satu dua kuncup metafora unik, mencerna pelan-pelan
struktur-struktur bahasa baru yang orisinal lagi bersahaja, serta yang paling
penting, bahagia karena menemukan beberapa rekan yang sama-sama sedang jatuh
bangun belajar lari marathon.
0 komentar:
Posting Komentar