Fakta pertama, organisasi pelajar
adalah lembaga penunjang kesuksesan belajar. Fakta kedua, selama ini PPMI
adalah karang penghalang Masisir yang ingin belajar di al-Azhar. Buktinya,
ketika di al-Azhar ada peringatan maulid misalnya, PPMI malah mengadakan acara
joget-joget. Saat ruwaq al-Azhar mengadakan daurah ilmiah, PPMI justru
menyelenggarakan rentetan acara sepakbola, sepaktakraw dan sepak-sepak yang
lain. Alhasil, Masisir terjebak dalam dilema antara hadir dalam halaqah-halaqah
ilmiah atau meramaikan acara joget-joget dan sepak-sepak.
Maka, ketika PPMI tahun ini tak
banyak bikin acara –yang namanya- bombastis seperti tahun-tahun sebelumnya,
saya senang. Pasalnya PPMI menggantinya dengan kegiatan yang lebih penting dan
subtansial: pengajian-pengajian dan silaturahim ke Masyayikh. Sebelumnya, PPMI
–dan semua organisasi Masisir, kata teman saya Rendy adalah playgroup, semacam
taman permainan kanak-kanak. Saya setuju karena organisasi di sini terlalu
sibuk dengan tetek bengek kecil tetapi buta, tuli dan bisu dengan perkembangan
dunia.
Sejujurnya, awalnya saya ragu
dengan pengurus periode 2013-2014. Saya pikir, mereka akan seperti keledai yang
kembali terperosok dalam lubang pendahulu-pendahulu mereka. Tetapi,
keberhasilan PPMI mendatangkan mahasiswa baru di saat KBRI saja tak mau,
mendalangi deklarasi bersama untuk Palestina, dan yang paling penting tentu
saja mendekatkan Masisir ke al-Azhar, membuat saya mengacungkan jempol untuk
PPMI tahun ini.
Tapi saya tidak sedang dibayar untuk
memuji-muji pengurus yang sebentar lagi lengser. Ini sebenarnya jawaban bagi
permintaan seorang teman, untuk berpartisimasi dalam kampanye dunia maya untuk
salah satu calon presiden. Tentu saja saya tolak, saya –masih- tak mau terjebak
dalam agenda politik praktis. Sebagai komunitas akademis, harus ada
individu-individu di Masisir yang menjaga jarak dari pragmatisme kekuasaan.
Agar tersisa orang-orang yang menyikapi setiap keadaan dengan jernih, adil dan
mendasar tanpa hanyut dalam fanatisme partisan. Jadi, saya memilih memberikan
masukan untuk siapa saja yang akan menyetir PPMI ke depan.
Ihwal pertama, teman-teman
aktifis idealis yang suatu saat bakal jadi negarawan, kalian harus melanjutkan
apa yang telah susah payah diusahakan pengurus tahun ini, relasi yang baik
dengan al-Azhar. Karena mayoritas kita datang ke Mesir dengan al-Azhar sebagai
tujuan. Maka, jika kalian kembali menghalangi Masisir dari al-Azhar seperti
kesalahan orang-orang tua dulu maka kalian adalah keledai. Jika kalian
menyelenggarakan terlalu banyak acara sepak-sepak dan joget-joget maka kalian
mendisorientasi Masisir yang ingin belajar. Dan sesungguhnya menyesatkan
anak-anak orang yang ingin belajar adalah dosa yang besar. Mengapa? Karena masa
kuliah adalah momen yang sangat vital dalam membentuk masa depan mereka.
Ihwal kedua, kalian harus jadi
seperti air memunyai kapilaritas, daya yang mampu meresap ke dalam apa saja.
Menyatulah dan satukanlah setiap pihak. Kita ketahui bersama bahwa Masisir
sudah lelah bermusuh-musuhan dengan teman sendiri. Masalahnya bukan cuma
eksklusifnya golongan, tetapi keengganan masing-masing untuk mengulurkan
tangan, merangkul untuk kemudian berjalan bersama-sama. Kita memang tak mau ada
partai politik yang mencampuri dinamika kemahasiswaan, tetapi jangan pula
sebuah golongan menjadi psudeo partai politik, berteriak-teriak anti partai
tapi dinamikanya berjalan sama saja: penuh doktrin dan eksklusif.
Dua hal saja ya, karena apalah
saya yang barangkali tahu apa-apa dinamika Masisir. Anggap saja ini salam perpisahan,
sebentar lagi saya akan meninggalkan komunitas yang selama empat tahun ini
telah membentuk saya. Saya yakin kalian adalah orang-orang berjiwa besar yang
setiap saat sedia untuk mendengarkan masukan dan berusaha memperbaiki diri. Dua
puluh tahunan lagi kita akan berjumpa dalam dinamika yang lebih besar,
Indonesia.
Mengenai WIHDAH, saya tak berhak
berkomentar. Dari jauh saya lihat mereka adalah anak-anak manis yang rajin berangkat
kuliah. Di asrama mereka membaca buku dan tak banyak menghabiskan waktu nonton
film korea.
0 komentar:
Posting Komentar