RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Minggu, 18 Maret 2012

Perjuangan

Dulu sewaktu masih mondok, untuk memberi semangat kami, ustadz-ustadz seringkali menceritakan pengalaman seorang Ibnu Hajar al-‘Astqalani. Ternyata, di balik gelar al-Hafidz yang dimilikinya (julukan tertinggi kedua dalam disiplin ilmu hadis), beliau pernah mengalami masa-masa sulit belajar. Cerita beliau tak seperti kisah ulama kebanyakan yang digambarkan sangat cerdas karena mampu menghafal dengan tempo singkat di usia muda. Ibnu Hajar kabarnya pernah hendak putus asa dari kesulitan belajarnya.

Dalam perjalanan pulang dari madrasahnya, Ibnu Hajar tertegun menyaksikan batu yang berlubang karena tetesan terus-menerus dari air. Lalu beliau tersadar dengan satu hal, batu yang sedemikian kerasnya saja dapat berlubang karena tetesan air, pastilah otak kita juga mampu mencerna pelajaran sesulit apapun. Tentunya dengan usaha keras terus-menerus seperti tetesan air yang tiada berhenti.

Waktu SD, di pelajaran Fisika, aku dikenalkan guruku dengan nama Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar. Dibalik penemuan hebatnya tersimpan cerita lebih hebat. Edison gagal berkali-kali. Baru pada percobaan ke 1000 dia berhasil. Catat hal ini, seribu kali!

Lalu beberapa waktu lalu, aku menemukan orang semodel dua contoh diatas di kehidupan nyataku. Aku bertemu dengan seorang penulis yang menghasilkan satu buku setiap tahun, kebetulan seniorku. Dalam waktu 5 tahun dia sudah menghasilkan 5 buku. Yang fenomenal, salah satu bukunya diangkat menjadi film oleh salah satu rumah produksi tanah air. Sudah tayang Oktober tahun lalu.

Kami sempat ngobrol santai seputar masalah perbukuan. Waktu itu aku ingin tahu banyak hal tentang dunia ini. Aku ingin mendengar langsung dari seorang yang sudah terjun berjibaku di dalamnya. Banyak hal yang aku dapatkan dari beliau. Yang paling berkesan bagiku bukan pengalaman suka duka yang beliau alami, tapi dari beliau aku belajar tentang kekuatan tekad dan kerja keras. Kemudian aku menyimpulkan hasil analisa pribadiku, bahwa di dunia ini tak ada rintangan yang bias menghalangi sebuah konsistensi.

Sebenarnya konteksnya adalah aku sedang menyemangati diriku sendiri, sama dengan tujuan semua tulisan-tulisanku. Hingga kin,i bersama berjalannya waktu, selalu aku temukan kekurangan demi kekurangan baru yang terkadang membuatku berpikir “bisakah aku?” Tak bisa ku pungkiri kawan, terkadang aku tak yakin dengan kemampuanku sendiri. Seringkali aku meragukan diriku karena tak kunjung menemukan cara menuju apa yang aku anggap tujuan. Suatu ketika, dalam keragu-raguan yang sangat, aku mengeluh pada seorang kawan:

“Harus dengan cara apalagi aku memperjuangkan mimpiku?”

Kawanku menjawab:

“Apakah dengan berhenti akan membuatmu merasa lebih baik?”

Jawaban yang menghentak, sangat menohokku. Aku tahu bahwa diam hanya akan menyiksaku lebih kejam, karena aku tak pernah bisa berdamai dengan otakku yang terus menerus bermain dengan impian-impian liar. Lalu aku teringat kisah-kisah diatas, semuanya menunjukkan bahwa dibalik kesuksesan ada perjuangan hebat. Perjuangan yang mencapai taraf mencoba seribu kali. Perjuangan yang setingkat dengan usaha butir-butir air melubangi batu.

2 komentar:

nggapriel mengatakan...

Ibnu Hajar sejak kecil dikenal sebagai seorang yang cerdas. Cerita bahwa Ibnu Hajar terinspirasi dari batu nggak dikenal sama dosen di Azhar, jurusan Hadits :)

Whatever, keep going dude.
Believe in yourself ;)

extraordinary mengatakan...

Oh gtu ya pak, ana tahunya bgtu sih, hehe
Thanks anyway, :)

Posting Komentar