RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Sabtu, 11 Desember 2010

Untuk Sahabat


Ini tentang sahabat, dan mimpinya yang menjadi kenyataan. Aku begitu tergelitik untuk menulis ini karena aku merasa ada pelajaran yang bisa kita petik dari cerita yang kutuliskan.

Namanya Farid, sebenarnya itu adalah nama pemberian dari Ustadnyanya saat di pondok, aku lebih dahulu mengenalnya sebagai Fesa, nama aslinya Nofesa. Bukannya tak ada yang menarik dari dirinya sehingga tak kujelaskan kepribadiannya dengan panjang lebar, namun ia hanyalah pribadi yang selalu tenang dalam kesahajaannya, rojulun ma’rufun bikhusu’ihi. Dan justru itu yang membuatku selalu nyaman bila bersamanya, selain senyuman tipis yang tak pernah lekang terkembang dari raut wajahnya.

Ia berasal dari Ipuh, kota kecil di provinsi Bengkulu ( aku selalu mengherankan sebagian orang yang masih bertanya kepadaku dimana letak Bengkulu, padahal Bengkulu sudah menjadi provinsi sejak 18 november 1968), tak jauh dari rumahku. Aku mengenalnya karena ayah kami satu profesi sesama pegawai negri kecil yang harus merantau jauh dari daerah asal.

Madinah al Munawwaroh, nama kota itu. Kota yang kutahu selalu diimpikan oleh Fesa, aku mengetahuinya dari obrolan-obrolan kami. Dari sanapun aku menangkap bahwa mimpinya telah menjadi sebuah obsesi dan bahkan menjadi bagian dari hidupnya. Sepertinya hari-harinya selalu dipenuhi dengan bayang-bayang kota tercinta itu. Dan kutahu malam-malamnya sering dihiasi dengan bayangan abstrak kota itu, karena hanya terlukis dalam alam mimpi. Karena itu pula aku yakin, bahwa suatu saat dia memang akan menginjakkan kaki di kota itu, sebagai pelajar Universitas Ummul Quro, seperti harapannya.

Namun aku juga tahu (sebelum kejadian yang membuatku menulis ini), jalannya menuju impiannya seperti mustahil, anak itu hanyalah lulusan sebuah pondok kecil di pinggiran jawa tengah dengan kemampuan bahasa arab yang minim. Yang aku tahu, orang-orang yang termasuk kategori pandai di pondokkupun (pondok yang diakui banyak universitas di timur tengah), beruntung bila dapat lolos seleksi. Apalagi untuk mengikuti ujian seleksi langsung (muqobalah) harus berangkat langsung ke Madinah, tentunya dengan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan Farid termasuk dalam golongan orang yang tidak mampu untuk itu . Meskipun begitu aku selalu katakan kepadanya: “Percayalah! Quranmu akan menghantarkanmu kesana!”.

Dahulu, perkataanku itu hanyalah pemanis bibir, untuk membuatnya tetap menjaga harapannya.

Cerita ini bermula dari chatting ku dengan salah seorang temanku yang masih tinggal di pondok. Ya, seperti biasa, malam-malam menanti visaku banyak kuhabiskan dengan hanya chatting . Dan syukurnya, chattingku malam itu bermanfaat. Dari Chatting itu aku mendapatkan informasi bahwasanya hari-hari itu sedang berlangsung acara Dauroh (seminar) oleh para Syeikh dari madinah yang akan diakhiri dengan ujian seleksi ke Madinah. Wah, kesempatan emas, pikirku. Mungkin ini adalah jalan Farid untuk menggapai mimpinya.

Malam itu juga aku langsung menghubunginya, mengutarakan rencanaku. Paginya, dengan sepeda motor yang bisa dibilang butut dia menghampiriku di kosan temanku di sekitar kawasan UIN Sunan Kalijaga Jogja, untuk berangkat menuju Ponorogo. Hmph, bagiku ini terlihat lucu. Kami belum perrnah ke Ponorogo dengan mengunakan sepeda motor, meskipun aku pernah 5 tahun di Ponorogo. Tapi dari wajah Farid aku melihat bahwa keinginannya tak bisa dibendung. Well, we gotta go!

Jalanan berkelok-kelok Wonogiri dengan jurang di satu sisi dan tebing tinggi di sisi lainnya kami libas dengan kecepatan tinggi, karena kami harus tiba sebelum pendaftaran ditutup sore ini. Yang membuatku tambah terenyuh dan salut terhadap lelaki ini adalah, bahwa dia tahu kapan saat untuk berhenti karena kewajiban sebagai muslim, sholat lima waktu. Ketika adzan Dzuhur berkumandang,

“ Mas, sholat dulu ya!”, subhanallah, semoga sholatnya selalu menjaganya.

Bukan tanpa halangan, kami harus bertanya ke beberapa orang untuk memastikan kami di jalan yang benar menuju Ponorogo. Sempat beberapa kali berputar-putar di daerah yang sama, dan yang membuatku menahan nafas, kami hampir terperosok ke jurang karena tak mengenal jalan dan melaju dengan kecepatan tinggi. Saat beristirahat sejenak setelah hampir masuk jurang aku berkata,

“ Allah tahu niat dan tujuanmu rid, mungkin itu yang menyelamatkan kita”

“ Amin mas, semoga saja begitu” jawabnya.

Tiba di kota Ponorogo, kami langsung menuju Gontor 2, tempat dimana dauroh diadakan. Setelah sebelumnya shloat Ashar, kami langsung menuju ke kantor panitia. Kali ini biar aku yang urus, kataku pada Farid.

“ Dari mana mas?” aku bersyukur ustadz yang satu ini tak mengenaliku, aku kan alumni tahun lalu, batinku.

“ Dari Bengkulu Ustadz”, jawabku cepat, aku tahu jawaban ini bisa sedikit membantu. Secara aku tahu sedikit tentang hal-hal teknis semacam ini.

“ Sebenarnya untuk yang dari luar sudah ditutup mas kemarin,” keterangan ini hampir membuat semuanya sia-sia,

“ Tapi berhubung antum datang dari jauh, mungkin kita bisa konsultasikan ke syeikhnya, jika beliau bersedia, kami persilakan mengikuti ujian. Namun jika tidak, kami tidak bisa membantu.” Jelas ustadz itu lebih lanjut.

Pasti bisa lagi kali ini, batinku. Semenjak perjalanan tadi seolah ada sesuatu yang membuatku yakin jika semua rintangan pasti kan terselesaikan. Karena aku sudah menyaksikan sendiri betapa semuanya hanyalah mimpi kemarin malam, dan kini kita sudah separuh perjalanan.

“ Persyaratannya sudah lengkap mas?” Alamak, pertanyaan ini menyadarkanku, bahwa ada satu persyaratan penting yang belum kami punya,

“ Tazkiyah (semacam surat rekomendasi ) belum punya ustadz,” selorohku.

“ Ok, begini saja, kita akan lobi syeikhnya untuk menguji antum. Tetapi antum urus dulu persyaratan yang belum lengkap.” Hmm, baiklah.

“Rid, sekarang kita ke warnet, tadi aku sudah suruh temanku mengirim contoh Tazkiyah”, come on rid, semangat, jangan biarkan hal-hal teknis menghalangi tujuan muliamu.

“Nanti minta ke siapa mas tazkiyahnya?,” tanya Farid.

“ Ke ustadz senior aja, ada beberapa yang alumni Madinah, Ust Dihyah di ISID, terus Ust Iskarom di Al Azhar.” Jawabku menenangkannya.

Beberapa trouble kembali hadir merintangi, dari kesulitan ngeprint Tazkiyah (maklum Ponorogo), Ust Dihyah yang tak ada di rumah (sempat ketar-ketir yang ini, karena selain beliau aku kurang tahu siapa lagi alumni Madinah yang masih mengajar di Gontor, dan lagi beliau termasuk orang ternama yang pasti Tazkiyahnya akan dipertimabangkan), hingga Tazkiyahnya yang kata Ust Iskarom berbahasa tidak jelas (gimana sih nurtriono ini (aku minta contoh surat dari nurtriono, temanku yang juga akan ke Madinah)), untungnya, Ust Iskarom berbaik hati membuatkan Tazkiyah untuk Farid dengan tulisan tangan beliau.

Tepat sebelum adzan maghrib kami menyerahkan persyaratan. Alhamdulillah, tugasku selesai, setelah maghrib Farid yang harus ujian, kali ini aku tak bisa bantu.

Itulah kisah perjalanan kami, sudah sangat lama. Namun ingatanku kembali segar ketika aku melihat status temanku di facebook bahwa ia lulus ke Madinah. Seketika itu juga aku ingat Farid, akupun meminta situs yang mengabarkan pengumuman kelulusan. Ketika kudapati nama Farid Novesa, kusadari kala itu dengan sebenar-benarnya bahwa Allah memang Maha besar. Ia lulus. Betapa mimpi itu kini bukanlah sekedar bunga tidur. Alhamdulillahirabbilalamin.

Beberapa hari yang lalu aku chat dengan Farid, dia kini sudah di Madinah, kota tempat labuhan semua mimpinya. Dia mengajakku untuk kesana, dia cerita betapa damainya sholat di masjid Nabawi. Hatiku tersentuh mendengar semua itu. Nikmati saja kedamaian itu kawan, semoga hawa madinah membuat senyummu semakin bersahaja. Biarlah aku disini, berjuang dengan caraku sendiri. Biar kesemrawutan Kairo mendidikku untuk menjadi lelaki kuat, biar problematika membuatku beranjak dari sekedar anak manja. Seperti apa yang dulu pernah kita simpulkan dari perbedaan kita: Tujuan kita sama, meski dengan jalan berbeda.

Missing you, if you are here.

Truly yours

Jumat, 15 Oktober 2010

Energi Positif Ramadhan

Jujur saya katakan, ramadhan selalu menjadi bulan yang spesial buat saya. Saya pribadi merasa jika hawa selama bulan ramadhan berbeda dari bulan-bulan yang lain, seperti ada aura lain dari bulan ini.
Secara puritan, kita hanya tahu bahwa ramadhan adalah bulan yang mulia. Doktrin seperti itu memang tak salah jika kita yakini, karena pada hakikatnya benar tidaknya sesuatu selalu berbanding lurus dengan seberapa besar keyakinan kita. Bahkan Al quran membedakan antara orang yang beriman (yakin) dan tidak beriman (tidak yakin).
Namun sebagai manusia berakal, sudah sewajarnya jika kita mempertanyakan mengapa ramadhan itu menjadi mulia dilihat dari sisi ilmu pengetahuan. Meskipun kita tidak akan perrnah mengetahui semua rahasia tentang itu, namun bagaimanapun keyakinan yang berdasar (ittiba’) jauh lebih kuat daripada yakin karena doktrin (taqlid).
Akhir-akhir ini ada sekelompok ilmuwan yang tergabung dalam neotic science melakukan penelitian mengenai mitos-mitos dari sudut pandang science. Mereka mencoba menemukan missing link yang menghubungkan hal-hal yang selama ini cukup kita yakini dengan fakta-fakta ilmiah. Dan dari beberapa hal yang berhasil mereka simpulkan, ternyata luar biasa.
Salah satu contoh adalah kesimpulan mereka bahwa pikiran mempunyai masa, dan berat masa pikiran tergantung pada konsentrasi. Gampangnya, semakin fokus seseorang, semakin berat masa pikirannya. Dan semakin banyak orang yang berkumpul dalam suatu ruangan berkonsentrasi dalam satu hal semakin berat pula masa pikiran tersebut. Dan semakin berat masa pikiran, semakin besar pula efeknya bagi alam nyata.
Di bulan ramadhan, kita menyaksikan banyak masjid penuh sesak dengan jamaahnya. Semua individu berkonsentrasi sehingga masa pikiran mereka pun menjadi berat, hal itu berefek pada memancarnya energi positif sehingga suasana ramadhan dipenuhi deangan aura positif.
Dalam bulan ramadhan ada suatu malam bernama lailatul qadr, dan selama ini kita hanya tahu bahwa malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan dan konon doa pada malam itu pasti dikabulkan.kita harus mengajukan pertanyaan mengapa malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan?
Al Quran selalu menarik untuk dibahas, Dalam hal ini al Quran memberi porsi tersendiri bagi pembahasan Lailatul Qodr dengan adanya satu surat yaitu Al Qodr. Dan jawaban dari pertanyaan diatas tercantum dalam surat ini. Diawali dengan pernyataan bahwa Al quran diturunkan pada lailah qodr, kemudian berlanjut deangan pertanyaan yang menggelitik keskeptisan pembaca: Wa maa adraa ka maa lailatul qodr? Dilanjutkan dengan keterangan bahwa lailatul qodr itu lebih baik dari seribu bulan. Kemudian beranjak pada jawaban pertanyaan tadi: tanazzalulmalaikati warruhu fiiha biidzni robbihim min kulli amrin. Salamun hiya hatta mathla’i alfajr.
Karena pada malam itu turunlah malaikat-malaikat yang turut berdoa, sehingga energi positif itu bukan hanya dari manusia tetapi juga berasal dari malaikat-mailaikat yang memenuhi langit dan bumi ketika malam itu. Bisa dibayangkan kumpulan masa dari pikiran semua yang berdoa tersebut, tentunya amat berat sehingga efeknya di dunia nyatapun amat besar. Seehingga barangsiapa berdoa di malam itu, kemungkinan besar akan terijabah.
Saya mengalami pengalaman pribadi mengenai dua ramadhan yang telah saya lalui. Dari dua ramadhan yang bertepatan dengan tahun lalu dan tahun sebelumnya itu saya mendapatkan pelajaran. Betapa apa yang kita lakukan selama ramadhan ternyata menggambarkan perjalanan hidup kita setahun kedepan.
Ramadhan dua tahun lalu, saya begitu bersemangat untuk beribadah. Hampir setiap malam saya lalui dengan qiyamullail. Intinya, pada bulan ramadhan itu saya berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan ibadah saya. Ramadhan yang satunya tahu lalu, saya tidak terlalu bersemangat untuk beribadah. Ibadah yang saya lakukan hanya sekedarnya.
Dari dua ramadhan yang berbeda itu saya mendapatkan pelajaran, betapa hidup saya secara umum setelah ramadhan pertama begitu damai, seolah banyak keajaiban terjadi yang memudahkan hidup saya. Sedangkan setelah ramadhan kedua (tahun ini), saya merasa banyak cobaan berat yang harus saya lalui, seperti tiada henti kesulitan menghampiri. Semua itu menjaddi pelajarran buat saya agar ramadhan saya berikutnya khususnya tahun ini harus lebih baik dari sebelumnya.

Ke Mesir, Apa yang Kau Cari?

“Tapi pak, kita kan tidak harus jadi ulama nantinya! Kita bisa jadi pengusaha, politisi, anggota dewan, dll,” seloroh seseorang penuh semangat. Dari nada bicaranya, sepertinya orang ini sangat terobsesi untuk menjadi politisi, politikus, atau apalah semacamnya.
Orang yang diajukan kepadanya pernyataan setengah pertanyaan ini kemudian tersenyum, dan kemudian dengan tenangnya menjawab:
“lha memangnya kamu sekolah disini mau jadi apa? Kalau mau jadi camat ya sekolah aja di STPDN, kalau mau jadi pejabat ya masuk STAN, kalau mau jadi politisi kuliah fakultas politik di UGM.” Jawaban itu begitu menghentak seisi ruangan.
Hmm, yang bertanya adalah salah satu mahasiswa yang juga merupakan salah satu “pejabat” dalam dinamika politik masisir. Sedangkan yang menjawab adalah bapak A.M. Fakhir, duta besar berkuasa penuh republik Indonesia untuk republik arab mesir.
Menilik jawaban pak dubes, seharusnya pernyataan itu menjadi cambuk penyadar kita. Bahwa jauh disana, ada orang-orang yang lebih piawai dari kita jika berurusan dengan masalah bisnis, politik, dll, karena mereka memang dicetak untuk itu. Sedangkan kita, seharusnya mengusai bidang kita karena kita memang dicetak untuk hal berikut, menjadi orang yang mengetahui agama. Dan yang perlu ditekankan, bidang kita adalah bidang yang mulia, bukan hanya di dunia, di akhiratpun kemuliaan itu sudah terjamin adanya.
Tak ada salahnya berbisnis, belajar keorganisasian, atau bahkan menjadi “politisi gadungan” di bumi kinanah ini. Apalagi Al azhar seolah memberikan toleransi seluas-luasnya dengan peraraturan kuliah yang terkesan kendor. Namun yang perlu digaris bawahi tentu saja pertanyaan diatas, apa yang kau cari disini?
Meskipun tidak menafikkan kemungkinan lain untuk berkecimpung di berbagai bidang selepas kuliah usai, namun tujuan utama kita merantau jauh ke negri orang adalah untuk ber tafaqquh fiddin. Ya, untuk belajar agama.
Liyatafaqqohuu fiddin waliyundziru qoumahum idza rojau ilaihim laallahum yadzaruuna.
Untuk memperdalam ilmu agama agar mereka mengingatkan kaum mereka agar mereka dapat menjaga diri.
Sehingga kepentingan-kepentingan yang berhubungan dengan kebutuhan primer kita ini harus masuk barisan terdepan dalam skala prioritas. Yang lainnya, bagaimana kita mengatur waktu supaya jangan sampai yang sekunder mengalahkan otoritas primer. Jangan sampai urusan eksternal kita diluar belajar, dijadikan alasan untuk menutupi kegagalan belajar kita.
Belajar memang bukan hanya di bangku kuliah, namun bukankah orang tua membiayai kita hingga sejauh ini masih untuk ruang lingkup pembelajaran yang konotasinya akademis. Dan bukankah jika kita rosib, tetap saja konotasinya “kita tidak belajar” dengan benar. Sampai disini ulasannya, mengenai bagaimana menyikapinya, saya serahkan kepada pembaca sekalian bagaimana menyiasatinya.

Minggu, 08 Agustus 2010

Ana muslim, anta muslim, nahnu kulluna muslim

“Ah ente anak baru”, stereotip yang menurutku terdengar sinis itu kembali terucap. Kalimat yang menegaskan hegemoni senior atas junior. Sejauh ini sih ok-ok aja, sejauh tidak memasung kreatifitas dan kekebasan saya dalam berfikir dan berbuat. Saya sepenuhnya sadar bahwa sebagai anak baru saya harus belajar banyak dari yang lebih tua (lebih dulu datang tepatnya), dan menaruh respek kepada mereka tentunya, so far it’s alright.
Namun saya pribadi hanya miris melihat pergolakan yang terjadi di masisir. Dari ghibah-ghibah yang terjadi di belakang saya menangkap aroma kebencian antar kelompok yang menurut saya sudah melampaui batas kewajaran. Dari penjelajahan di dunia maya (baca facebook), saya semakin mengerti bahwa bara-bara pertikaian itu hanya menanti saat untuk disulut. Perang dingin via dunia maya inipun semakin mengusik ketenangan saya. Jangan sampai perang dingin ini bertambah parah seperti perang dunia maya dua negara serumpun yang seiman pula: Indonesia dan Malaysia yang sudah saling hina bahkan mengkafirkan golongan lain. Islam yang konon rahmatan lilalamin ternyata terpecah-belah menjadi banyak kelompok. Begitupula disini, di bumi dimana para pelajar merantau jauh untuk tafaqquh fiddin.
Sedikit menilik sejarah, banyak dari perpecahan kelompok itu berasal dari kasus politik meskipun aspek theologis tak bisa dipisahkan. Munculnya firqoh syiah, khawarij, murjiah, yang notabenenya adalah madzhab kalamiyah ( filsafat ketuhanan dalam islam) ternyata tak jauh dari kasus perebutan kekuasaan. Wah, jangan sampai perbedaan metode dan sudut pandang diantara kelompok-kelompok itu hanya bermula dari akal-akalan orang yang sekedar ingin berkuasa. Ini hanya hipotesa saya, semoga kenyataannya tidak seburuk itu.
Masalah politik memang selalu pelik, sudah banyak bukti tentang jatuhnya wibawa ulama ketika mereka terjun ke dunia politik. Dan karena masisir yang status sebenarnya adalah pelajar memiliki dinamika organisasi yang sangat baik (efek dari longgarnya peraturan kuliah), praktisnya mereka tergiring pada politik praktis yang tentunya memiliki sisi buruk.
Saat-saat seperti ini peran media dibutuhkan. Bukan sebagai provokator yang memanaskan keadaan dengan headline kontroversial karena ingin laku, namun sebagai mediator dan pemberi kejelasan tentang apa yang sebenarnya menjadi fakta, dalam hal ini seharusnya tidak ada yang ditutup-tutupi. Dan tentu saja kerelaan dari masing-masing pihak untuk duduk bersama dalam forum dan menyelesaikan perkara dalam musyawarah, seperti kata orang mesir kalau lagi lobi ana muslim, anta muslim, nahnu kulluna muslim. Dalam bahasanya Obama: the interests we share as human beings are far more powerful than the forces that drive us apart. Ya, kepentingan yang kita miliki ( sebagai sesama muslim) jauh lebih kuat daripada perbedaan yang memisahkan kita. Kalau terus-terusan main belakang, fitnah akan semakin bertebaran.
Ini sekedar usul dari anak baru. Kalau ada baiknya, ya undzur ma qola wala tandzur man qola. Kalaupun bukan solusi, ya maalays lah! Mungkin senior-senior yang sudah punya hafalan quran lebih banyak plus tambahan muqorornya lebih tahu solusi dari masalah ini. Wallahu a’lam bisshowab!

Kamis, 22 Juli 2010

Menaklukkan Makhluk Tuhan yang Terkuat

Meskipun Einstein dalam teori relativitasnya yang termashur itu menyatakan bahwa waktu juga adalah relatif (waktu dalam teori ini adalah sebuah metode untuk membandingkan satu momen dengan momen lain). Oleh karena itu setiap individu akan memiliki 'waktu-saya' atau waktu subjektif. Waktu ini, dengan sendiri-nya, tidak dapat diukur.
Relativitas waktu dapat dijelaskan secara sederhana di dalam mimpi. Walaupun apa yang kita lihat dalam mimpi tampaknya berlangsung berjam-jam, sesungguhnya hanya berlangsung beberapa menit, atau bahkan beberapa detik.
Mengenai relativitas waktu, Al-Quran pun menjelaskannya dalam beberapa ayat diantaranya:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُو(المؤمنون 112-114)
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al Mu'minuun, 23: 112-114)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda dan kadang-kadang manusia bisa menganggap suatu periode yang sangat pendek sebagai periode yang sangat panjang.
Dalam ayat yang lain Allah menyatakan bahwa di tempat yang berbeda, waktu dapat mengalir dengan cara berbeda pula:
ويستعجلونك بالعذاب ولن يخلف الله وعده وإن يوما عند ربك كألف سنة مما تعدون ( الحج 47)
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-sekali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. Al Hajj, 22: 47)
Terlepas dari fakta diatas, waktu dalam perspektif ini adalah makhluk Allah yang paling kuat. Waktu adalah nilai untuk menentukan keabadian segala sesuatu. Baitullah Ka’bah di mekah, Piramid di mesir, tembok besar di China adalah beberapa bangunan sejarah yang masih bisa kita saksikan di masa kini. Itu semua adalah sedikit contoh dari yang bisa bertahan dari rongrongan waktu, paling tidak hingga sekarang. Dari semua itu kita mengetahui bahwa keindahan, keanggunan, kekuatan, kekuatan dan semua nilai kesempurnaan harus membuktikan diri dalam kekuasaan waktu.
Waktu menjadikan keindahan menjadi keburukan, merubah yang kuat menjadi lemah, mentransformasi yang kokoh menjadi rapuh waktu pula yang menjadikan si cantik dan si tampan menjadi buruk rupa. Intinya, tiada sesuatupun di dunia ini yang bisa bertahan melawan waktu.
Dan kita (manusia) adalah makhluk yang termasuk dalam ranah kekuasaan waktu, kita terbatasi dengan dimensi ruang dan waktu. Sehingga kita pun mau tidak mau harus mengikuti aturan sang waktu. Memanfaatkannya atau membiarkannya terbuang sia-sia. Dan karena waktu terus berjalan, kita dihadapkan dengan sebuah pilihan: kita menaklukkan waktu atau waktu yang akan memperdaya kita.
Al waqtu kassaifi, in lam taqto’hu qotoa’ka
Menaklukkan sang waktu adalah dengan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Dan karena kita adalah pelajar, tentunya kewajiban utama kita adalah belajar, mengisi memori otak kita dengan sebanyak mungkin file ilmu yang akan kita perlukan di masa mendatang. Dan karena ilmu pengetahuan selalu berevolusi dengan inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan baru, sudah seharusnya kita mengaktualisasi diri kita dengan membaca buku sebanyak-banyaknya.
“Satubdi laka al ayyamu ma kunta jahilan, waya’tiika bilakhbari ma lam tuzawwid”
Akan datang hari-hari dimana kita akan terlihat bodoh, dan muncul hal-hal baru yang tidak kita ketahui. Ungkapan tersebut menggambarkan dengan sempurna keadaaan kita sebagai pelajar di masa mendatang jika kita tidak membekali diri kita dengan bekal pengetahuan yang cukup.
Allah swt berfirman dalam al quran yang isinya merefleksikan pertarungan antara manusia melawan waktu, dan manusia dianggap memenanginya apabila mereka beriman dan memanfaatkan waktu dengan perbuatan baik (amal sholih), sedangkan yang kalah disebut sebagai kaum yang merugi.Semua itu tercantum dalam surat al asr:
ِ والعصر(1) إن الانسا ن لفي خسر(2) إلا الذين أمنوا وعملوا الصا لحا تو تواصوبالحق و تواصوا بالصبر(3)
Jadi karena hidup adalah pilihan, kali ini kita dihadapkan lagi dengan sebuah pilihan: menaklukkan waktu atau ditaklukkan. So, let’s be the conqueror!

Sabtu, 03 Juli 2010

Evolusi Dalam Al Qur’an

Teori penciptaan yang diajukan oleh Harun Yahya memang terdengar innocent, seolah selaras dengan kandungan Al qur’an. Apalagi ayat yang dijadikan sandaran adalah ayat “Kun fayakun” yang memang terkesan menegaskan kekuasaan mutlak Allah dalam hal apapun.
Tetapi kalau ditelisik lebih dalam teori ini ternyata rapuh karena tidak mengandung rasionalitas yang ilmiah. Tidak ada alasan lain yang diajukan ketika menemui buntunya penjelasan kecuali kembali kepada ayat diatas. Orang-orang dibawa kepada pendapat: Allah menciptakan kita dengan penciptaan secara tiba-tiba. Tanpa diberi kesempatan untuk memahami proses dari itu semua. Bukankah Allah swt memerintahkan kita untuk mentadabburi alam sehingga kita bisa memahami rahasia kebesaran yang tersembunyi dibalik semuanya.
Lantas bagaimana dengan ayat-ayat dibawah ini yang menjelaskan proses penciptaan?
Tidak ada perdebatan antara kita( evolousionis muslim) dengan kalian (penolak teori evolusi) tentang kemutlakan kekuasaan Allah. Memang al qur’an tidak secara detail menceritakan proses penciptaan makhluk. Namun, Dalam al Qur an sendiri banyak ayat-ayat yang ternyata memiliki makna yang similar dengan teori evolusi. Tentang penciptaan makhluk hidup Allah swt berfirman :





Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? ( Al anbiya 30)
والله خلق كل دابة من ماء فمنهم من يمشي علي بطنه ومنهم من يمشي علي رجلين ومنهم من يمشي علي أربع يخلق الله ما يشاء ان الله علي كل شيء قدير ( النور 45)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (An Nur 45)


a. Serangan terhadap ideologi-ideologi sesat
Sebenarnya yang coba untuk diruntuhkan Harun Yahya dan teman-teman adalah ideologi-ideologi filsafat yang telah terbukti salah. Marxisme, atheisme, materialisme, komunisme, fasisme, dan ideologi lainnya yang memang bertentangan dengan Al Qur’an. Mereka mencoba mencari akar dari itu semua, kemudian menyimpulkan bahwa semuanya berasal dari teori evolusi. Tidak bisa disalahkan seutuhnya karena kaitannya sangat erat. Namun untuk bersikap ekslusif terhadap teori ilmiah ini tentu saja berbahaya. Islam tidak pernah mengklaim kebenaran mutlak suatu teori ilmiah meskipun akhir-akhir ini banyak hal ilmiah yang ditemukan dari ayat-ayat alqur’an. Sedangkan yang mereka lakukan akan sangat berbahaya apabila ditemukan fakta tentang evolusi.
Seperti yang sudah terjadi pada agama kristen, permasalahan teori heliosentris pada akhirnya menimbulkan kekacauan besar dalam agama kristen sehingga menimbulkan kelompok-kelompok baru yang bertentangan dengan otoritas gereja katolik, bahkan kejadian ini memberikan ruang kepada para penganut atheis untuk bersuara menentang kemutlakan kekuasaan Tuhan dalam wadah wadah baru seperrti sekularism, liberalism, rasionalism, materialism, dan banyak lagi. Dalam hal ini, orang-orang yang tidak setuju dengan teori evolusi (terutama gerakan Harun Yahya) terlalu berani mengatasnamakan Tuhan untuk memvonis kafir orang yang masih berpendapat evolusi adalah kebenaran yang tertunda.
b. Kedangkalan Referensi dan Ketiadaan Solusi
Dalam disiplin teori ilmiah, apabila kita tidak sepakat dengan suatu teori maka kita harus mempunyai teori tandingan yang menjadi solusi. Agar permasalahan menemui titik terang.Akan sangat riskan menyalahkan salah suatu teori sementara kita tidak mempunyai solusi terhadap permasalahan. Hal ini hanya akan menimbulkan kerancuan dan kebingungan di kalangan khalayak.
c. Bahaya dari vonis kafir
Saat ini umat islam terpecah belah menjadi banyak golongan. dan yang memilukan tentu saja ada sebagian kelompok berani memvonis kafir kelompok yang lain karena alasan tertentu. Ini harus ditelaah labih jauh karena bagaimanapun kita adalah muslim. Apalagi dalam kasus ini kita memasuki ranah science yang merupakan ilmu pasti. berrbahaya bila mengatasnamakan islam untuk sesuatu yang belum jelas benar tidaknya, dan jangan sampai kejadian yang menimpa dunia kristen terulang untuk kedua kalinya.

Kamis, 01 Juli 2010

Musik Nestapa Ibu Pertiwi

Mungkin sebagian kita berbangga dengan prestasi musik tanah air yang bisa dibilang merajai ranah asia tenggara, bukan kejutan bila penyanyi maupun band negeri ini mengelar konser di malaysia, singapura dan negara-negara ASEAN lainnya. Tetapi apakah tidak kita sadari jika topik lagu-lagu kita tak perrnah beranjak dari cinta.
Telinga para pemuda kita selalu dicekoki dengan alunan-alunan cengeng yang memiris hati. Hati mereka dijejali dengan dilema pelik bernama asmara. Sehingga otak merekapun terset untuk selalu menuhankan “cinta”.
Penyanyi penyanyi baru datang silih berganti, menawarkan kemasan baru dari barang yang sebenarnya sudah “expired”. Band-band barupun berkreasi dengan lirik –lirik dan nada- nada inovatif tetapi belum beranjak naik dari kastanya.
Apakan kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya dan sisi kehidupan lainnya di negara ini tidak memiliki aset untuk dibahas. Hanya segelintir pemusik anak negeri yang peduli dengan itu, buktinya meskipun hubungan Indonesia – Malaysia sempat sangat memanas, hanya Saykoji yang terinspirasi untuk menciptakan “you copy my style”. Soal korupsi hanya slank yang berani berteriak lantang. Selebihnya, mari kita cari.
Padahal di barat setiap keputusan presiden atau kongres bahkan akan menginspirasi orang-orang yang mengaku seniman untuk berekspresi dengan jalannya masing-masing. Disaat st12 masih meratapi “ saat terakhir”, sudah sejak lama michael jakson mencoba untuk “heal the world”, dan ketika ungu masih berkubang dalam “dilema cinta”, green day sudah lama memprotes ketidakadilan media dalam “american idiot” dan menyerukan “give up the fight” dalam “21 guns”nya.
Selera pasar memang menjadi prioritas dalam menentukan tema dalam belantara musik indonesia, tapi apakah para pendengar akan terus dimanja dengan irama mendayu-dayu yang hanya akan membuat hari membiru. Seharusnya para pemain di dunia bisnis musik pun tidak hanya mementingkan keuntungan, tetapi juga ikut berperan dalam mendidik para kawula muda yang merupakan penikmat utama industri musik dengan mempercerdas bahasan yang dibawakan oleh lagu-lagu mereka. Karena bagaimanapun you are what you listen to. Karena apa yang selalu kita dengar akan tertanam di alam bawah sadar, dan itu akan berefek kepada masa depan.
Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang hebat, sumber daya manusianya pun bolehlah kita bersaing, namun ada yang salah dengan pola berpikir. Dan itu tercermin dari hal kecil seperti ini. Musik.

Sabtu, 19 Juni 2010

Ternyata, Indonesia Adalah Asal Usul Kebudayaan Dunia


Judul : Atlantis, the lost continet finally found
Penulis: Prof. Arysio Santos
Terbit : Desember 2009
Penerbit: Ufuk Press
Halaman: 684

Teka-teki tentang keberadaan benua atlantis hingga kini masih menjadi misteri. Perdebatan mengenai hal ini bermula semenjak filosof besar, plato, menggambarkan benua ini dalam dua dialognya ( timeus dan critias). Bukan hanya plato, banyak penulis kuno lain yang juga menjelaskan keberadaan benua misterius ini.
Hal ini menimbulkan banyak hipotesa mengenai benua ini, semakin hari semakin banyak scientis baik klasik maupun modern berspekulasi tentang letak benua ini, penyebab kemusnahannya, peradaban besar yang berada didalamnya serta hal hal lain yang berhubungan dengannya. Bahkan, mereka masing masing memprediksi keberadaan Atlantis di tempat yang mereka yakini sesuai dengan hasil penelitian mereka, seperti Al-Andalus, Kreta, Santorini, Siprus, Timur Tengah, Malta, Sardinia, Troya, Antartika, Australia, Kepulauan Azores, Tepi Karibia, Bolivia, Laut Hitam, Inggris, Irlandia, Kepulauan Canary, Tanjung Verde, Isla de la Juventud dekat Kuba, dan Meksiko.
Pendapat mengenai atlantis yang paling baru dan menghebohkan datang dari seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil Prof Arysio Santos belum lama ini. Dia meyakini bahwa Atlantis yang pernah digambarkan Plato sebagai sebuah negara makmur dengan kekayaan emas, batuan mulia, dan mother of all civilization dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga itu adalah Indonesia.

Prof Arysio Santos melakukan studi dan penelitian selama 30 tahun sebelum menulis buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization. Dalam buku ini juga dibeberkan fakta-fakta, baik berdasarkan penelitian ilmiah, maupun berdasarkan cerita-cerita kuno dan mitos yang memperkuat pendapatnya.
Juga dijelaskan penyebab musnahnya benua atlantis beserta kebudayaan diatasnya dikarenakan meletusnya banyak gunung berapi dalam waktu yang bersamaan, diantaranya yang paling memiliki efek adalah meletusnya gunung krakatau yang memisahkan jawa dan sumatra serta menenggelamkan dataran rendah antara jawa dan kalimantan, sumatra dan kalimantan serta sumatra dan semenanjung malaysia. Juga gunung toba yang berefek pada munculnya danau toba. Dan seperti kita ketahui bersama bahwa hingga kini pun di indonesia banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif karena indonesia terletak dalam ring of fire (cincin api pasifik).
Meskipun kebenaran pendapat ini masih dapat diperdebatkan, namun buku ini telah banyak menarik minat banyak orang untuk meneliti hal ini lebih jauh. Juga menjadi sebuah pelepas dahaga argumen untuk membuktikan pendapat bahwa bangsa indonesia adalah bangsa besar. (poetra)

Senin, 14 Juni 2010

Resensi Buku

Al quran 4 dimensi, menerangkan dimensi lain dari Al quran
Judul : Al Qur’an 4 Dimensi, matematika islam 2
Pengarang : K.H. Fahmi Basya
Penerbit : Penerbit Republika, Jakarta Selatan
Cetakan : pertama, maret 2008
Tahukah anda bahwa jumlah huruf dalam Al qur’an adalah 330.733. Dan, ternyata bilangan ini sama dengan 17 dikalikan dengan 19. Dan ternyata, bilangan 19 adalah sama dengan jumlah huruf dalam kata bismillahirrahmaanirrahiim.
Fakta diatas adalah salah satu contoh dari penjelasan yang diberikan oleh K.H Fahmi Basya dalam bukunya, Al Qur’an 4 dimensi ini. Beliau juga menerangkan lebih jauh tentang Al qur’an 4 dimensi ini, yaitu mengenai : tulisan, bacaan, makna, dan fakta. Tidak hanyaitu, penulis juga menjelaskan kode Al quran seperti sa’yi dan waktu ashar, permata sholat, dan kode 7 dalam ibadah haji. Selain itu ada juga penjelasan soal syahadat nabi, tulisan kata Allah, grafik asli bismillahirrahmaanirrahiim. Semuannya dijelaskan dengan pendekatan matematika.
Buku ini sebenarnya merupakan lanjutan dari buku matematika islam 1 yang sukses di pasaran. Dalam buku ini (dan juga buku sebelumnya) K.H Fahmi basya mencoba mentadabburi Al qur’an dari perspektif science yang selama ini belum tersentuh. Beliau yang merupakan pengajar matematika di UIN Syarief hidayatullah, jakarta mampu mengurai fakta-fakta matematis dalam al qur’an yang ternyata banyak terdapat di dalamnya dan semuannya semakin menunjukkan ta’jiiz qur’an itu sendiri. Apa yang telah dikerjakan oleh K.H. Fahmi Basya menunjukkan bahwa Al quran memang sumber ilmu yang tidak akan pernah habis untuk dipelajari.
buku ini sangat baik untuk dimiliki, karena dengannya kita bisa mendapatkan sudut pandang baru dalam memahami Al Quran. seperti perkataan einstein : bahwa kepintaran bukanlah dilihat dari seberapa banyak kita mengetahui tentang sesuatu, namun seberapa banyak kita mampu melihat sesuatu dari sudut pandang yang berrbeda. dan terutama akan berrmanfat sekali bagi pelajar yang mengeluti bidang tafsir unntuk menambah wawasan dan memberikan pencerahan yang beda dari teori-teori konvensional yang selama ini dipelajari. (poetra)

Senin, 07 Juni 2010


Bagiku,
Pragmatis adalah binatang
Idealis adalah malaikat
Namun manusia bukanlah keduanya, ia adalah binatang yang memiliki sebagian nilai kemalaikatan.
Itulah aku, tak tahu bagaimana dirimu.

Jumat, 30 April 2010


Seri : orang-orang yang paling berpengaruh dalam hidupku hingga saat ini
7. Bruce Marshal Mather 2 ( eminem)

Pertama kali eku mendengar namanya, terbersit opini “ urakan”. Pertama kali aku mendengarkan lagunya, tersimpan diotakku “ tidak sopan” selain rasa risihku yang ketika itu belum bisa memahami bagaimana orang-orang begitu menikmati lagu-lagu hip-hop.
Petelah hari-hariku kulalui dengan menggerutu karena anggarda (temanku di cli) begitu addictednya mendengarkan lagu-lagunya dan tentu saja itu mengusik ketenangan kami semua. Keadaan yang memaksa kami (khususnya aku) untuk mendengarkan beberapa lagu barat dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa kami, dan celakanya (baca : untungnya) ada bebarapa lagu eminem yang terdengar menarik untuk (terpaksa) harus dinikmati.
Mockingbird, itu lagu pertama yang kucoba tuk mencari lyricnya tuk kemudian kuhafal. Dan, hey! Diluar dugaanku, lagu itu menyimpan makna yang begitu menyentuhku, dengan tema yang sama sekali berbeda dengan mayoritas tema lagu-lagu cengeng di negriku “cinta”. Sedikit rasa kagum itu mulai tumbuh, meskipun dalam liriknya juga kutemui kata-lata kasar khas slank america yang tentu saja akan anda temukan dilagu hip-hop mereka.
Kejujuran mengungkap fakta adalah salah satu kekuatan lirik-lirik eminem. Makna “qulil haqqa walau kaana murran” kutemukan dari itu semua. Pun penggunaan kata yang mengungkapkan dengan tepat kobaran emosi membuat sekelompok orang menempatkan pria bernama asli bruce marshal mather 2 ini sebagai orang jenius. Kemudian semakin kusadari dengan sendirinya bahwa inovasi kata-katanya benar-benar mengekspresikan dengan sempurna jeritan-jeritan perasaan yang selama ini menggumpal. Dengan begitu selalu ada kekuatan karena lepasnya beban setelah mendengarkan lagu-lagunya.
Kepercayaan diri dan keberanian eminem pulalah yang hingga saat ini menginspirasiku untuk lebih berani menunjukkan kemauan keras dan kegigihanku. Ia telah membangunkanku dari kekolotanku bersembunyi dalam rasa takut. Kini aku merasa jauh lebih baik, meskipun disatu sisi ada pengaruh negatif yang masih bisa kuatasi. Sikap cuek bebekku yang dulu hanya menjadi selimut kemalasanku kini telah berevolusi menjadi hal yang lebih positif, menjadi tamengku untuk mengungkap apa yang selama ini kuyakini kebenarannya.
Seperti yang kutulis diatas bahwa ada beberapa efek negatif yang sedikit mempengaruhiku, kini aku mungkin terkesan sedikit rude, banyak omong, dan agak sombong. Namun semua itu kulakukan karena aku meyakini semua tu membawa efek positif dariku. Dan aku akan terus melakukan apa yang aku yakini kebenarannya, karena aku berpendapat bahwa orang yang mengkritikkupun belum tentu yakin apakah yang mereka lakukan benar atau salah. Till i collapse i’ll strive till belief even they all criticize em.

Jumat, 19 Februari 2010

Ekplorasi Dalam Diamku

iqro’ bismirobbikaldzi khalaqa!
Ah, apa peduliku denngan semua aturan baku itu. Jika hanya membuatku terjerat dalm stagnasi. Biarkan saja ia mengalir, bebas tak terbatas, biar waktu yang mengantarkan mimpimu.
Ledakkan saja semua magma yang tersembunyi di kepalamu, biar terhambur meski merah membara, karena ia kan suburkan tanah nantinya. Tuliskan saja semua yang terbersit di otakmu, meski tak terangkai dalam rapi, namun puas hati kan temui. Coretan-coretan sampah ini akan tersusun bagai melodi, jika waktu mengizinkanmu nanti. Saat ini, biarlah proses bicara, karena ia memiliki idea, suatu nilai yang tersanjung mulia. Jauh lebih tinggi dari hasil akhir sempurna. karena ia akan memberi warna, pada kemapanan yang menjemukan. Seni adalah bahasa hati. Ia tak terbatasi definisi, pun tak terkukung dalam penjara opini. Ia akan selalu berevolusi, dan bicara dengan inovasi.
Betapa picik orang yang memicingkan mata pada kata-kata. Mereka tak mengerti, apa yang menghantarkan sebuah kehebatan menjadi kenangan, jika bukan karena ketulusan rangkaian kata yang tersusun. merekapun tak paham, bahwa kata bisa merubah arti dan nilai, sesuatu yang tak bisa dilakukan matematika. Betapa kita bahkan tak tahu nama moyang terdekat kita. Namun, percayalah padaku. Tulisan akan membuat namamu dikenang oleh lebih dari tujuh turunan.
Manusia hidup dalam alam tiga dimensi. Jika hanya diam, ia hanyalah titik yanng mati. Jika hanya bermain dengan kepuasan nurani, maka ia tak menjalankan tugasnya tuk memberi bentuk dunia ini, ini adalah sebuah pengkhianatan terbesar. Karena bagaimanapun, bayang-bayang akan selamanya datar. Bukan sombong yang terlintas, tetapi demi kemuliaan yang telah Tuhan anugerahkan pada nilai. Sebuah apresiasi untuk keyakinan, kerja keras, dan ketekunan. Sadarlah, dimensi ke empat tak akan engkau capai. Karenanya surga dan neraka ada. Jika kau merengkuhnya sekalipun, pastilah kau telah gagal menjadi manusia, karena kami tak tercipta untuk itu.
Jika patung akan menyesatkan, dan bila gambar dapat mengandung aura mengerikan. Maka kata-kata adalah ekspresi seni yang paling suci. Al Qur’an pun diturunkan demikian bukan. Meskipun tulisan memiliki peran, maknanya tak bisa diraba, ia tinggal dalam alam idea, dan itulah kesuciannya. Sobek saja kertas ini, akan tercabik sedemikian mudahnya. Namun diotakmu tetaplah tertinggal, sebuah pelajaran mahal yang akan membantumu, atau bahkan menentukan nasibmu kelak.
Dari jiwa yang selalu bertanya. Dalam keyakinan aku menikmati kuasaNYA, dan dalam nikmatNYA aku meyakini kehadiranNYA. Subhanalladzi ja’ala alqiroah awwala amrin.

Rabu, 17 Februari 2010

Kebenaran kita Kini

Ketika kebenaran menjadi ambigu
Dan kemutlakan dianggap abu-abu
Suara hati dilabeli egoisme
Jeritan nurani dicap irrasionalisme
Kepada apa kita bisa bersandar
Jika bukan pada nilai yang kini telah terlempar
Hukum kini bukanlah soal kualitas’
Tetapi merupakan otoritas kaum mayoritas
Kala suara menjadi tuhan
Para ulamapun dikesampingkan
Orang-orang bodoh seolah berjuang
Namun pemenang akhirnya adalah pemilik uang
Lekangkah olehmu kegigihan socrates
Menentang silat lidah kaum sofis
Meski harus mati meregang nyawa
Demi nilai yang absolut adanya
Meski dunia semakin membingungkan
Semuanya pasti kan terpecahikan
Tanya saja pada hatimu
Karena ia takkan dustai dirimu