RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Giving Our All


Belum lama ini seorang kawan bercerita padaku, dia sedang kebingungan dengan pekerjaannya. Well, dari awal mendengar ceritanya akupun jadi ikut bingung. Bagaimana pula dia bisa bingung dengan pekerjaan sementara banyak orang yang tidak seberuntung dia mendapatkan pekerjaan “enak”.

Setelah menjelaskan masalahnya, rupanya dia merasa tidak nyaman bekerja di tempat “nyaman” seperti saat ini. Sekarang, tugas dia hanya ngendon di depan computer dan menerjemahkan surat-surat ke dalam bahasa inggris. Membosankan sekali katanya. Jiwanya yang sangat mobile dan empati sosialnya yang tinggi membuatnya menginginkan pekerjaan yang memuat interaksi lebih banyak dengan orang-orang.

“Lebih enak dulu waktu jadi cleaning service, walaupun gajinya kecil tapi suasananya rame. Nggak seperti sekarang kerjaanya cuma depan computer. Nggak ada tantangannya, extremely boring, huft.” Keluhnya.

Lalu dia meminta pendapatku untuk masalahnya ini. Sontak aku bingung. Hingga saat ini aku belum pernah terjun di dunia pekerjaan yang benar-benar nyata seperti dunianya. Bagaimana aku bisa memberikan pendapat, hehe.

Setelah aku pikir-pikir (pura-pura mikir, hehe) ternyata apa yang dihadapinya saat ini adalah masalah klasik. Problematika lama yang selalu ditemui semua orang dalam hidupnya. Dan jujur, aku juga terlalu sering mengalaminya. Penyebabnya adalah karena sifat tamak manusia, sifat tidak pernah puas.

Kita (manusia) selalu memiliki kriteria rumit untuk segala sesuatu. Kita anggap kriteria itu adalah yang paling sempurna. Lalu, ketika semuanya tidak berjalan seperti apa yang kita angan-angankan, kita segera mencari pelampiasan. Alih-alih berbesar hati belajar untuk bijaksana menerima kenyataan, kita lebih sering menyalahkan apa saja. Sistemnya lah yang salah, orang-orang lain lah yang tidak bisa mengerti kita, atau apa saja yang bisa dilempari  sumpah serapah. Kita merasa paling benar dengan ego kita.

Padahal sebenarnya, dunia yang kita hadapi sekarang, kenyataan di depan mata kita, adalah jauh lebih sempurna. Karena itulah skenario Tuhan. Dan itulah yang harus kita hadapi. Kitalah yang harus mengadaptasikan kriteria-kriteria kita dengan kenyataan yang ada. Kita yang harus mereduksi ego kita.

Dan sungguh, dalam hidup ini kita tidak akan pernah menemukan apa yang benar-benar sesuai dengan keinginan kita. Tidak ada satupun di dunia ini yang seratus persen sama dengan spekulasi otak kita. Semua itu karena kreatifitas kita sebenarnya sangat terbatas.

Lantas, bagaimana kita harus bersikap menghadapi kenyataan yang tak pernah seindah surga?

There’s nothing so satisfying to ourselves, so defining of our character, but giving our all to a difficult task.


Kata-kata di atas benar-benar menyadarkanku. Karena itu aku selalu ingat dengan kata-kata itu, petikan pidato Barrack Husein Obama di hari pelantikannya menjadi presiden hampir 4 tahun lalu.

Ya, tidak ada sesuatu yang benar-benar memuaskan diri kita, tidak ada pula yang benar-benar sesuai dengan karakter kita. Apa yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan yang terbaik di setiap kesempatan.

Keep doing, fellas! Keep moving!

0 komentar:

Posting Komentar