RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Senin, 10 Desember 2012

Pray For Egypt


Sebenarnya selama kurang lebih dua tahun ini, keadaan Mesir tak pernah stabil. Kekacauan demi kekacauan tak henti-hentinya terjadi.  Unjuk rasa, bentrok, suara-suara tembakan silih berganti menambah ricuh Kairo –juga di daerah-daerah lain- yang normalnya sudah sumpek. Semenjak Revolusi Pemuda 25 Januari–dan kejadian-kejadian pra-revolusi-, Mesir ibarat sekam yang terjilat api, membara.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana tank-tank tentara berpatroli di jalanan (menjelang penggulingan Mubarak),  mendengar desing-desing tembakan di malam hari, menyaksikan rakyat Mesir berbahagia dalam perayaan setahun revolusi 25 Januari 2012, aku menjadi saksi hidup bagi masing-masing tawa riang euforia masyarakat Mesir maupun buncah kengerian mereka selama hampir dua tahun ini.

Perayaan Revolusi 25 Januari 2012 lalu

Tapi, sejujurnya, aku tak pernah sekhawatir sekarang.  Dahulu, saat pelengseran Mubarak, meski juga terbersit rasa takut, dalam hatiku tumbuh rasa bangga –dan ini mengalahkan rasa takutku- karena melihat rakyat bersatu padu. Kala itu jelas siapa yang benar siapa yang salah, dan itu membuatku yakin bagaimana alur cerita akan berjalan.  

Kali ini, saat rakyat Mesir terbagi menjadi dua kubu (pro Mursi dan anti Mursi) aku lebih ketar-ketir. Pasalnya, sekarang keadaan lebih sulit ditebak. Jika pemerintah (Mursi) bergerak cekatan dan bijaksana serta rakyat tidak mudah terprovokasi, keadaan bisa kembali normal segera. Tapi entah kenapa, prediksiku mengatakan kekacauan akan berlarut-larut, meski sejujurnya aku tak ingin skenario buruk macam ini terjadi.

Aku tak mau berspekulasi lebih jauh mengenai kondisi Mesir selanjutnya. Aku hanya bisa berdoa, semoga keadaan bisa pulih seperti sedia kala selekasnya. Karena sayangnya, kekalutan ini terjadi ketika kesadaranku bahwa Mesir lebih berharga daripada yang aku bayangkan sebelumnya mulai muncul. Baru-baru saja aku tersadar bahwa talaqqi ternyata melatih otak penalaran-penalaran logis, sesuatu yang bahkan tidak bisa didapatkan dalam kongkow-kongkow komunitas sok gaul sekalipun. Dalam kajian-kajian itulah, keilmuan Islam yang kejayaannya pernah menerangi dunia terkubur.

Terlebih lagi, kericuhan ini memanas ketika sebagian dunia Islam mulai menaruh harapan pada kekuatan politik baru, Mesir. “Mesir sekarang bukanlah Mesir kemarin, dunia Arab sekarang bukanlah dunia Arab kemarin,” demikian kalimat Mursi berkenaan dengan sikap Mesir atas masalah Palestina. Mesir juga dianggap berhasil menjadi perantara perundingan Hamas-Israel belum lama ini.

Untuk alasan apapun, umat manusia tetap harus mendoakan saudaranya agar selalu dalam kedamaian. Cz when the rich wage war it’s the poor who die (LP).

Nowadays's condition

0 komentar:

Posting Komentar