RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Senin, 10 Desember 2012

Teladan



“Be the CHANGE you want to see in the world.” (Mahatma Ghandi)


Kita bukan sesuatu yang benar-benar baru. Ada banyak prototipe yang mendahului edisi kita. Masing-masing model memiliki identitas tersendiri. Unik. Saling berbeda satu sama lain.

Di rimba biologi, ada sebuah teori kontroversial tentang evolusi bentuk fisik mahkluk hidup. Teori yang saat ini mejadi kurikulum sekolah ini ‘katanya’ sudah ada bibitnya sejak zaman Yunani Kuno. Bahkan beberapa ilmuwan Islam seperti punggawa Muktazilah, al-Jahidz, dan filosof sekaligus psikolog, Ibnu Miskawaih, disinyalir memiliki pendapat yang mirip. Definisi sederhana evolusi adalah perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Masih dalam penurunan sifat, mari kita mampir sejenak ke ranah metafisik. Dalam dunia teosofis ini masih terdapat debat panjang tentang asal mula alam semesta. Apakah alam itu qadim atau hadist? Ada satu masalah lagi yang sebenarnya juga menarik namun tidak menyita perhatian sebesar pertanyaan pertama, apakah alam semesta diciptakan dari ketiadaan (creatio ex nihilio) ataukah ia tercipta dari bahan yang sudah ada sebelumnya (creatio ex material)?

Sebenarnya aku hanya ingin membincang perkara sederhana. Tidak dalam rangka memberikan antitesa terhadap teori Darwin yang “sepertinya” sangat kuat dengan dukungan penemuan Hugo De Vries tentang genetika. Tidak pula sedang “iseng” campur tangan dalam debat panjang antara filosof dan cendekiawan solastik muslim yang saling adu kuat referensi agamis. Pun tidak dalam proses pembuatan mobil berbahan air prototipe baru (saya bukan SBY). Mungkin bahasan ini lebih bersifat psikologis meski aku juga tak terlalu paham teori-teori ilmu psikologi.

Seorang seniorku pernah bilang, “kita hanyalah modifikasi dari orang-orang sebelum kita.”

Mendengar kalimat di atas, aku tersadarkan kembali tentang pentingnya memiliki teladan. Ibarat barang mekanik yang membutuhkan tambalan di sana-sini di setiap keluaran terbaru, manusiapun sama. Kita bukanlah produk komplet dengan segala orisinalitas kecuali sekedar potensi. Istilah “al-mar’u ibnu biatihi” memberi bukti lain bahwa meniru adalah keniscayaan manusia. Istilah itu juga bisa memiliki makna lain, semacam ancaman, “jika kita tidak memutuskan untuk memiliki teladan dan prinsip yang akan kita copy, maka lingkungan sekitar kitalah yang lambat laun membentuk kita; jika kita tidak aktif mendesain pribadi kita sendiri, kita akan jadi korban desainer alami bernama alam.”

Well, karena itu, marilah memiliki teladan. Carilah kepribadian yang sesuai dengan karakter Anda, berikan inovasi-inovasi yang lebih orisinil dari pribadi Anda sendiri, lalu jadilah diri anda yang sama sekali berbeda dari orang lain.



Here's some options you may take (they are my idol in some parts)


Obama


Jose Mourinho

0 komentar:

Posting Komentar