RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Selasa, 01 Juli 2014

Kebahagiaan yang Absah dalam Ramadhan



Ramadhan telah datang, kita berhak bahagia. Tapi kebahagiaan seperti apakah? 

Allah SWT berfirman dalam sebuah hadis qudsi: “orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya.”

Kegembiraan ada banyak macamnya. Ada kebahagiaan paripurna, laiknya seseorang menjadi riang karena memperoleh pencapaian jerih payahnya. Tetapi ada pula kebahagiaan yang berupa semangat, seperti yang mengalir sejuk dalam sanubari olahragawan yang siap tanding, atau prajurit yang hendak berperang. Kebahagiaan yang lebih berupa kuncup-kuncup harapan untuk meraih kejayaan.

Seorang prajurit tak boleh menghadapi pertarungan hidup mati dengan ketakutan yang murung, yang demikian akan membahayakan nyawanya. Ia mesti menyongsongnya dengan keberanian yang berbinar-binar, semangat yang riang. Hanya dengan begitu ia dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa di balik pergulatan hebat itu, kemenangan yang berharga menunggunya.

Demikian pula orang yang berpuasa. Ia tak boleh menjalaninya dengan semangat orang kalah, sekedar menahan lapar dan haus sembari mengutuk jam yang terasa amat lambat, atau mengakali waktu dengan mendengkur sepanjang hari. Yang demikian barangkali termasuk golongan orang yang tak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus.

Orang yang berpuasa sepatutnya menempuhnya dengan semangat prajurit sejati, selalu mendorong diri untuk melakukan yang terbaik. Bukan hanya perkara lahir seperti membaca al-Qur’an beberapa lembar lebih banyak, shalat sunnah beberapa rekaat lebih sering, atau mengucap zikir beberapa menit lebih sering. Tetapi juga melatih diri untuk menahan amarah lebih kuat, memaafkan salah lebih ikhlas, juga merelakan diri untuk berderma lebih banyak dari biasanya.

Demikian karena balasan Allah kepada manusia yang berpuasa adalah perkara hadiah yang tidak diraih sesederhana menahan godaan fisik, tetapi juga butuh pengerahan batin – imanan wa ihtisaban

Lalu, karena keriangan orang berpuasa bukan atas sesuatu  yang telah usai –kebahagiaan paripurna orang berpuasa adalah ketika bertemu Tuhannya, tak perlu melakukan perayaan berlebihan saat berbuka –makan dan minum yang harus lebih banyak dan lebih mahal dari biasanya- selain mengganti gizi yang dibutuhkan untuk menjalankan ibadah selanjutnya. Kebahagiaan yang berupa semangat tak membutuhkan selebrasi, ia adalah spirit untuk menjalani segala sesuatu dengan lebih hidup.

0 komentar:

Posting Komentar