RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Rabu, 14 Desember 2011

Galau

Begitulah cinta, deritanya tiada akhir.



Kali ini aku tidak sedang menyitir quote-quote orang hebat. Kalimat diatas hanya kalimat yang sering diucapkan oleh Pat Kay, kakak kedua dari rombongan para pencari kitab suci ke barat, dalam cerita masyhur legenda agama Budha. Kemungkinan edisi filmnya sudah mendapatkan ‘intervensi’ penulis skenario atau sutradara sehingga kalimat diatas hadir begitu sering.



Well guys, im gonna talk about love. Are you interested in?



Sering aku mendengarkan cerita cinta teman-temanku, dalam hal ini mereka yang bermain hati di luar nikah. Entah itu pacaran, TTM, hubungan tanpa status, LDR ( kalau kata raditya dika Long D*** Reduction), dan status status tak resmi lainnya.



Kebanyakan (sebenarnya aku ingin menulis semuanya) cerita itu berakhir sad ending. Bahkan prosesnyapun rumit, berbelit, melelahkan, penuh lika-liku. Ko kayak jalan ya? Hehe. Memilukan, menyedihkan, mengenaskan, dan yang paling pasti, penuh kegalauan. Anyway, aku cuma ingin bilang kalau hubungan seperti itu lebih banyak sisi negatifnya.



“ Kalau melihat kegalauan mereka yang berpacaran, rasanya aku bersyukur menjadi jomblo.” Komentar seorang jombloer melihat nasib mereka, orang orang yang mengatasnamakan pejuang cinta, yang ibarat orang sekarat, hidup segan mati tak mau.



Im not saint, aku tak sedang menghakimi mereka yang terjebak dalam labirin perasaan. Aku juga pernah merasakan peliknya polemik hati. Beberapa kali aku dikecewakan orang. Ketika mengalami hal tersebut, aku merasa aku adalah orang paling menderita di dunia ini. And life seems like has no justice anymore. But, tak usah terlalu mendramatisir, everybody’s hurt. Ada kalanya hal-hal demikian terjadi tanpa ada niatan dari masing-masing pihak untuk menyakiti. Akupun yakin ada kalanya aku atau sikapku menyakiti hati orang lain, meskipun aku mungkin tak sadar melakukan hal itu.



Namun, setelah beberapa kali mengalami demikian, juga dengan melihat pengalaman teman-teman. Marilah kita kembali pada logika agama dalam hal ini. Islam, sebagai agama rahmatan lil’alamin sudah memberikan jawaban atas setiap persoalan dunia. Dan jawaban islam untuk kasus ini adalah menikah.



Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah maka nikahlah, karena ia lebih dapat membuatmu menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena hal itu baginya adalah pelemah syahwat.´(HR. Bukhari dan Muslim)



Yang aku simpulkan bahwa memang apa yang ditawarkan islam untuk hubungan pria-wanita adalah bentuk terbaik. Memang tak selayaknya kedua belah pihak berhubungan dengan nama apapun di luar ikatan resmi, yaitu menikah. Diluar nikah, seseorang melampiaskan perasaannya dalam batasan yang abu-abu, tidak jelas. Batasan itu terkadang tanpa disadari mereka langgar karena keterikatan batin. Bersamaan dengan berjalannya waktu, keterkaitan perasaan dan saling ketergantungan itu semakin dalam hingga membuat batasan batasan tadi semakin hari semakin samar dan tak berarti. Dan ketika batasan batasan itu dilanggar, kita sudah masuk dalam muqaddimah zina, salah satu dosa besar. Naudzubillah min dzalik.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Bukhari & Muslim).



Pacaran atau apapun itu yang merupakan hubungan saling bertautnya hati dalam ikatan tak resmi hanyalah pelampiasan nafsu dari ketidakmampuan seseorang untuk bertanggungjawab atas cintanya. Karena jika kita sudah mampu, seharusnyalah menikah. Namun bila belum mampu, berpuasa akan menjadi pelindung terbaik. Serta jagalah pergaulan kita dengan tidak membiarkan kita jatuh kedalam keterkaitan perasaan yang akan selalu dalam.

0 komentar:

Posting Komentar