RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Rabu, 14 Desember 2011

Menyebarkan Kebaikan

“ Kamu masih menulis kan?” tanya seorang teman.



Haha, tentu saja, menulis adalah caraku untuk hidup selain makan dan minum, batinku. Entah kenapa semenjak aku sering menulis aku merasa semakin hari menjadi semakin baik. Alhamdulillah untuk ini dan terimakasih untuk orang-orang yang membantu. Dari tulisanku aku menemukan orang-orang yang memiliki semangat yang sama maka aku merasa satu perjuangan dan tidak sendiri di dunia ini. Aku juga mendapatkan suplai semangat tambahan dari komentar-komentar mereka yang inspiratif. Dari menulis aku merasa berharga dan hidup.



Sungguh, manusia tidak selalu bisa menjadi baik. Dan tidak selamanya bisa memotivasi dirinya sendiri. Ada kalanya sisi buruknya lebih dominan. Sehingga, adalah kewajiban kita sebagai manusia untuk saling mengingatkan yang lainnya bila lalai.



Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( Al Ashr 1-4)



Dalam ayat diatas disebutkan bahwa kita harus saling nasehat menasehati dalam kebaikan.



Manusia memiliki nurani yang secara naluriah dari Tuhan selalu baik. Sehingga setiap orang dari kita, seburuk apapun, pasti memiliki sisi baik. Kebaikan tersebut bermacam-macam. Beragam bentuk di setiap orang. Di sisi lain, manusia juga punya hawa nafsu yang selalu membisikkan kejahatan di setiap detak nadi. Karenanya pula manusia, sebaik apapun, mempunyai sisi buruk dan bentuknyapun berbeda dalam satu manusia dengan manusia yang lain. Percampuran antara kebaikan dan keburukan itulah yang membentuk pribadi seseorang. Dan pertarungan sisi baik dan buruk itu yang menyebabkan ketidakonsistenan pikiran, emosi, dan tindakan kita.



Allah swt berfirman dalam Al Qur’an yang artinya;



Kalian adalah sebaik-baik umat yang di lahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan kalian beriman kepada Allah.” (ali imran: 110)



Karenanya, aku ingin selalu menulis. Mengungkapkan apa adanya diriku. Baik buruknya, semuanya. Agar dipetik manfaatnya bila baik, sekaligus agar diingatkan dan diperbaiki bila salah. Banyak dari kita yang terlalu takut untuk itu. Kita memiliki kebaikan namun menyimpannya untuk diri sendiri, membiarkan orang lain bekerja keras menemukan cara berhasilnya sendiri. Padahal, bukankah dengan saling berbagi kita akan lebih mudah menuju keberhasilan yang sama.

Semua orang punya cerita keberhasilan. Semua orang punya karakter unik. Mengapa tidak kita eksplorasi hal itu? Bukankah manfaatnya akan lebih besar bila diketahui lebih banyak orang, diteladani kemudian ditiru. Bukankah kita akan mendapatkan amal jariyah dari perbuatan baik yang kita tanam?



Ada yang berpendapat bahwa mengabarkan yang baik-baik dari diri sendiri adalah riya, benih kecil syirik yang dosanya tak terampuni. Mungkin paradigma ini yang membuat banyak orang lebih memilih diam atau berkata;



“ Ah, ana ga bisa apa-apa ko.” Ketika ditanya rahasia keberhasilannya. Bukankah akan lebih baik bila jawabannya adalah;



“ Allah memerintahkan kita untuk bekerja keras, istiqomah, dengan lebih dahulu memperbaiki niat.”



Hati kita adalah sepenuhnya milikNya, Allahlah yang lebih tahu apa yang kita niatkan dan terbersit di hati kita. Maka berbagi kebaikan tak selamanya mengarah kepada riya, karena Allah swt juga berfirman yang artinya;



Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya ( Ad Dhuha 11)



Untuk itu, marilah kita mempercerdas niat demi manfaat yang lebih besar.

0 komentar:

Posting Komentar