RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Kamis, 24 Mei 2012

Keberanian Presiden Republik Goblok

Belum lama ini aku bertemu kembali dengan salah satu teman seangkatan, walaupun hanya dalam dunia maya. Lagi-lagi perkembangan teman-teman marhalah membuatku takjub, sehingga mau tidak mau aku harus terus memperbaiki diri demi berada dalam level mereka. Teman yang satu ini termasuk salah satunya, dia semakin menghebat karena menemukan dunianya untuk bebas berkreasi. Ibarat benih unggul yang bertemu dengan tanah subur, hanya tanaman super yang akan tumbuh.
Bagaimana tidak kagum, saat ini dia sudah berhasil mendirikan sebuah “Negara”. Bukan negara betulan tentu saja, hanya sebuah kedaulatan imajiner yang ia beri nama republik goblok. Bentuk riilnyapun hanya terakomodir dalam blog pribadi miliknya, www.republikgoblok.com. Dalam blog tersebut dia mengekspresikan ide-ide kreatif dan orisinil, serta yang paling penting, solutif dan mandiri.
Panggil saja namanya Onar. Sebenarnya dia punya nama depan yang lebih cakep, tapi nampaknya dia lebih merasa nyaman dengan panggilan nama belakang tersebut, meski konotasinya liar. Seperti biasa, seniman selalu punya perspektif yang tidak umum.
Mungkin itu hanya hal remeh, sebuah blog. Di masa digital seperti sekarang, tak perlu mejadi seorang ekpert dalam bidang IT untuk menyusunnya, anak-anak SDpun banyak yang mampu. Saat ini, karena informasi yang berseliweran, orang bodoh dengan mudahnya bisa terlihat pintar dan orang pintar dapat terlihat kolot karena masalah informasi. Tapi, justru di era globalisasi informasi ini, sulit untuk bisa konstan bertahan dengan orisinalitas. Kita harus menjadi bebal untuk tidak mudah mengakomodir unsur-unsur eksternal yang merusak, serta harus pintar-pintar memilah ide-ide dunia luar sesuai dengan milik kita.
Maka, aku anggap, konsistensi seseorang untuk terus mengutarakan ide-ide orisinilnya adalah luar biasa. Karena bukan hanya menunjukkan kreatifitas intelegensi, tetapi juga kekuatan karakter pemiliknya. Salah satunya, teman yang sedang aku bicarakan ini.
“Stand on the own shoes”, begitu filosofi hidupnya. Satu makna dengan swadeshinya Mahatma Gandhi, selaras dengan salah satu poin panca jiwanya almameter kami, berdikari. Dan, slogan itu bukan cuma kata-kata pemanis, dia menyelaraskan semua itu dengan perbuatannya.
Usai tamat sekolah, dia tak melanjutkan kuliah, aku tak tahu alasan jelasnya. Dari temanku yang lain, aku mendapat informasi bahwa dia sempat mendirikan stand sepatu lukis di salah satu mall di kotanya. Hei, itu adalah gerakan yang luar biasa. Bagi cara berpikirku, membukan stand lukis di mall bersewa mahal dengan mengorbankan kuliah adalah hal goblok.
Tapi teman yang satu ini berani memulai, sekaligus berani menganggung semua konsekuensi dari pilihannya itu.
Sekarang, dia tidak lagi berjualan sepatu lukis, sudah pindah ke kota lain di pulau jawa yang mungkin lebih memfasilitasi dia mewujudkan mimpi. Tapi dia masih tetap sama, semakin hebat bahkan. Dia semakin menikmati dunianya berkreasi.
Mengingat cerita hidupnya memberiku kekuatan baru bagi keyakinan lamaku akan mimpi-mimpi. Kalian semua perlu tahu, bahwa satu-satunya hal yang membuat dia dan orang-orang hebat lain bisa melewati segala kesulitan adalah kepercayaannya pada mimpi. Dan aku pribadi selalu percaya bahwa level keimanan kita kepada kebesaran Tuhan salah satunya diukur dari keberanian kita mempercayai mimpi, dan keberanian kita memperjuangkannya.

0 komentar:

Posting Komentar