RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Rabu, 06 November 2013

Ongkos yang Bikin Merongos

Seri Perjalanan di Tanah Suci

Sebenarnya saya ingin menulis banyak hal tentang pengalaman ziarah ke tanah suci kemarin. Ada pelbagai cerita yang menarik diceritakan, setidaknya menurut saya yang baru pertama kali berkunjung ke sana. Namun, karena handphone saya tidak memiliki fasilitas internet (kata teman-teman ini adalah senter berhadiah hp), walhasil saya hanya menulis catatan-catatan kecil saja dalam buku tulis yang saya bawa. Oh iya, di tanah suci, sangat jarang terdapat warnet. Kalau pun ada, harga sewanya lumayan mahal (5 riyal/jam, setara dengan 10 le Mesir). Barangkali penyebabnya juga karena prosesi ibadah haji sendiri yang cukup melelahkan.

Salah satu perihal yang paling mengagetkan saya adalah masalah bea hidup. Sebagai peziarah dengan kantong pas-pasan, standar kehidupan dan perputaran uang di Saudi (terutama Mekah) adalah masalah buat saya. Bagaimana tidak terkejut, uang 100 dolar yang sengaja saya persiapkan untuk segala keperluan selama di Saudi, habis hanya dalam waktu seminggu. Sejak itu, saya lantas berpikir dua kali sebelum mengeluarkan uang.

Aspek yang paling menyedot dana adalah transportasi. Di Saudi transportasi sangat mudah, Anda tidak perlu menunggu mobil khusus angkutan untuk berpergian ke mana-mana. Di sana, setiap mobil yang lewat adalah taksi. Anda dapat menghentikannya kapan saja. Masalahnya adalah ongkos yang dibebankan terlalu mencekik leher. Untuk perjalanan jarak pendek saja, Anda harus membayar minimal 10 riyal (20 Le Mesir, 30 ribu rupiah). Rata-rata perjalanan kami (saya dan teman-teman) ditempuh dengan biaya 30 riyal sekali jalan.

Tak ada patokan harga pasti karena mobil-mobil tersebut tidak menggunakan argometer. Mereka mengajukan harga, calon penumpang menawar. Bila tercapai kata sepakat, penumpang dapat menaiki kendaraan. Jika tidak, pemilik mobil langsung ngacir tanpa peduli.

Karena tak ada patokan, pemilik mobil jadi seenaknya saja memberi tarif. Ongkos jadi sangat fluktuatif sesuai situasi dan kondisi. Dalam keadaan-keadaan penting (misalnya menjelang dan seusai shalat, malam menjelang mabit, selepas melontar jumrah), saat Jemaah banyak membutuhkan angkutan, ongkos transportasi jadi gila-gilaan. Saya pernah memilih jalan dua jam dari Mina ke penginapan kami di kawasan Utaibiyah karena saat itu rata-rata mobil angkutan meminta tarif 100 riyal menuju Masjidil Haram. Mungkin saya perlu ingatkan, 100 riyal itu setara dengan 200 Le atau 300 ribu rupiah.

Karena harga yang gila-gilaan, setelah beberapa hari tinggal di sana dan mengenal wilayah, saya –dan sebagian besar teman-teman- memilih untuk ke mana-mana on feet. Lumayan hemat untuk para peziarah miskin seperti saya.

Sebenarnya, menurut keterangan kawan yang berdomisili di Saudi, ongkos transportasi di sana pada hari-hari biasa tidak semahal saat haji. Biasanya taksi hanya mematok harga kurang lebih 10 riyal untuk jarak sedang. Untuk jarak dekat bahkan bisa diperoleh dengan hanya 2 riyal. Meskipun tarif tersebut masih mahal jika dibandingkan dengan ongkos angkutan di Kairo.


Oh, iya, saya tidak dalam rangka mengutuki bea transport Saudi yang selangit. Sekedar mengabarkan saja kepada teman-teman yang saya doakan akan sesegera mungkin mengunjungi tanah suci. Intinya, persiapkan segalanya. Jika Anda adalah orang yang sedikit bermasalah dengan bea-bea tersebut, banyak-banyaklah berolahraga menjelang keberangkatan. Saya sarankan untuk jalan kaki satu atau dua jam per hari setiap pagi. Tapi jika Anda bersiap dengan tuntutan finansial sebesar itu, ya silakan saja. Toh, semua yang kita infakkan dalam haji akan diganti berlipat ganda oleh Allah SWT nanti.

0 komentar:

Posting Komentar