RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Senin, 07 April 2014

Paradoksia

Cerita keterbatasan sekaligus kedahsyatan bernama manusia

Sejak dulu saya tertarik bercerita tentang manusia. Tapi baru akhir-akhir ini, entah mengapa, muncul motivasi lebih untuk bertutur. Saya ingin sekali mengisahkan serba-serbi tentang makhluk kecil nan hina. Ia yang dengan sombongnya menerima amanah memangku dunia. Tentang ia yang lemah, tapi tanpa dinyana dapat mencipta ihwal luar biasa. Sekaligus tentang keterbatasan-keterbatasan yang tak bisa diabaikan dalam lukisan indah perjalanan manusia.

Saya terpesona bukan hanya perihal bagaimana Einstein mencipta bom yang meluluhlantakkan Hiroshima, atau bagaimana riwayat Raja Makedon meninggalkan nama di Alexandria. Saya juga tertarik dengan fakta-fakta sampingan bahwa di balik ide-idenya yang menginspirasi filsafat modern, Descartes adalah penyendiri dan penyuka tidur –ia menghabiskan sepuluh jam sehari-, juga bahwa Nietzche, si anak pastor yang taat,  justru kemudian jadi gila akibat pikirannya sendiri.

Namun, catatan-catatan ini akan lebih khusus pada kehidupan orang-orang di lingkup hidup saya yang kecil, terbatas dan meski tak penting, cukup mengundang kesadaran saya tentang keunikan bernama manusia.

Barangkali, para filosof benar bahwa manusia adalah alam kecil (mikro kosmos). Karena dalam wadah yang terbatas ini pun, tersimpan banyak sekali keajaiban. Saya telah menyaksikan sendiri bagaimana seorang manusia mewujudkan perkara-perkara yang mulanya terlihat mustahil. Ada cerita bagaimana anak pegawai negri kecil di tepi hutan dapat menyeberangi samudra, melintasi benua, dan sekarang dapat membincang konsep-konsep mengubah dunia, atau perihal anak yang dapat kembali belajar usai putus sekolah dan terlempar ke Papua, Maluku, dan jadi kuli panggul untuk memberi penghidupan keluarga, dll.

Saya yakin, ada banyak orang yang punya cerita unik macam itu –atau bahkan mengalami sendiri-. Maka saya mengajak siapa saja untuk menceritakan, dengan begitu kita bisa saling nasehat-menasehati dalam kebaikan, seperti firman Allah SWT dalam surat al-‘Ashr.

Saya ingin sekali bercerita tentang itu, karena menurut saya, meski dalam hidupnya manusia selalu dikungkung perkara –kebimbangan, kekalutan, kata Kiekegard- ia masih bisa berbuat sesuatu, terkadang kecil, renik dan remeh tapi dapat juga mencipta karya-karya luar biasa. Juga bahwa manusia, meski menurut Camus akhirnya tak mampu mencerna arti sejati dari kehidupan ini, dapat mencapai sebagian makna berguna yang memacunya menghasilkan cipta.


Barangkali aktifitas ini meski belum tentu besar dan penting, akan menjadi pekerjaan yang panjang dan penuh lika-liku. Mungkin akan menyita sepanjang usia. Jadi saya pikir tak ada salahnya untuk memulai, setidaknya dari tulisan-tulisan sederhana.

0 komentar:

Posting Komentar