RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Minggu, 20 Maret 2011

Trimurti dan Rekonstruksi Sistem Pendidikan Nasional

Trimurti dan Rekonstruksi Sistem Pendidikan Nasional
Oleh: Kurniawan Dwi Saputra / PA II
A. Menilik sistem pendidikan nasional
Kalau kita jeli dalam memperhatikan sistem pendidikan di tanah air, kita akan menemukan banyak fenomena janggal. Hal itu dikarenakan sistem pendidikan kita saat ini adalah produk rekayasa barat, untuk membuat kita terus berkutat dalam lubang kebodohan. Sehingga mereka bisa terus melangsungkan ekploitasi sumber daya alam yang kita miliki. Dikotomi ilmu (dalam hal ini barat memisahkan agama dari ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan), penstrataan tingkatan sekolah (dalam SD, SLTP, SLTA), merupakan contoh ternyata dari usaha barat yang bisa dibilang sukses besar sampai saat ini.

Dikotomi ilmu pengetahuan memiliki efek yang sangat vital dalam membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan seperti ini hanya akan menghasilkan seseorang yang hanya memahami perkembangan ilmu pengetahuan dari aspek fisik tanpa memperhatikan aspek kejiwaannya. Akhirnya ilmu Allah yang muliapun disalahpergunakan untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini demi kepuasan nafsu duniawi saja. manusia-manusia seperti inilah yang dipertanyakan oleh malaikat sebelum penciptaan manusia:
قالو اتجعل فيها من يفسد فيها و يسفك الد ما ء ونحن نسبح بحمدك و نقدس لك ( البقر ة 30 )
Artinya:
“Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menupahkan darah disana? Sedangkan kami bertasbih memuji Mu dan menyucikan namaMu” (Al Baqoroh 30)
Menurut KH Imam Zarkasyi, sedikitnya ada empat kerusakan mental akibat sisitem pendidikan Kolonial:
1 Seorang yang sudah menamatkan sekolahnya (bukan pendidikannya) hanya mau bekerja sebagai pegawai. Tidak jeli dalam melihat peluang kerja dan usaha lain yang masih terhampar luas dan jauh lebih bermanfaat.
2. Apabila tidak mendapat tempat dalam kepegawaian mereka akan kecewa dan frustasi. Yang lebih berbahaya lagi apabila kekecewaan itu menggerakkan mereka untuk melakukan hal-hal yang merugikan.
3. Dan apabila mereka sudah menjadi pegawai dan sudah meraih cita-citanya, mereka akan mati dan jalan ditempat. Tanpa inovasi dan kreatifitas. Hanya akan berbuat berdasarkan perintah atasannya. Tidak melihat hal-hal yang masih dapat dikerjakan untuk kepentingan masyarakat banyak.
4.Lemahnya perekonomian Negara kita Indonesia, dikarenakan putra -putra bangsa ini hanya bercita-cita menjadi pegawai.
Banyak kita ketahui bersama ulama-ulama besar zaman dahulu juga merupakan ahli dalam ilmu alam. Al ghazali, Al kindi, ibnu rusyd, ibnu sina dan banyak lagi bukan hanya para ahli fiqh, tafsir hadist,dan ilmu agama yang lain. Mereka juga merupakan ilmuwan fisika, matematika, filsafat, kedokteran, dan sebagainya. Sementara di zaman ini sangat jarang bahkan hampir tidak ada seorang ahli dalam suatu bidang yang juga pakar di bidang lainnya. Ini disebabkan pemanjaan anak didik dengan buku-buku wajib berisi doktrin-doktrin yang menyebabkan kejumudan berfikir. Anak didik tidak bebas memilih bidang yang sesuai dengan minat mereka karena terhadang kurikulum rekaan. Semestinya setelah pendidikan dasar, para siswa mendapatkan pendidikan sesuai dengan minatnya, dalam hal ini sistem kuliahlah yang dapat mewujudkan hal itu sistem kuliah sendiri merupakan sistem pendidikan yang berasal dari islam, dahulu berupa halaqah, ijtima’, dll. Sementara itu sekolah menegah (SLTP,SLTA dan yang sederajat) hanya akan memenjara para siswa dalam kukungan waktu dan biaya.
Belum lagi usaha kaum kolonial mengubah derajat guru menjadi profesi . Perjuangan seorang guru yang amat mulia menjadi tak berharga karena telah berubah menjadi sebuah pekerjaan yang dibayar dengan uang. Dengan begitu guru hanya mengajar seperlunya, tanpa mempedulikan apakah ilmu itu benar-benar meresap pada diri anak didiknya dan apakah mereka mengamalkan hal itu untuk suatu norma bernama kebaikan. Karena hal itu pulalah pendidikan berubah menjadi bisnis liberal yang menggiurkan, sejalan dengan misi kaum kapitalis karena membuat yang kaya semakin pintar dan yang miskin akan selamanya bodoh. Padahal derajat guru amatlah mulia. Rosululah saw dalam suatu hadist menerangkan bahwa kemuliaan seorang guru itu hampir menyamai kemuliaan yang dimiliki oleh para nabi. Karena keduanya, baik itu nabi maupun guru memerlukan pengorbanan dan juga keikhlasan yang besar dalam menjalaninya. Dan tidak bisa dikomersialkan, karena hal itu justru akan merusak hakikat dari keguruan itu sendiri.
Sistem pendidikan saat ini merupakan produser pekerja-pekerja rendahan yang hanya sekedar bisa baca tulis dan skill seperlunya. Inlah yang disahakan oleh kaum colonial untuk mendukung system ekonomi kapitalis mereka. Sistem yang selamanya akan membuat si kaya semakin kaya dan membuat si miskin semakin terperosok dalam jurang kemiskinan.
Semua itu menjurus pada sekularisasi agama dari elemen dasar kehidupan yaitu pendidikan. Dan akhitnya akan menjalar pada segala elemen seperti politik, budaya, sosial, ekonomi, dsb. Padahal agama merupakan petunjuk bagi manusia untuk menjalankan amanat suci dari allah swt menjadi khalifah di muka bumi ini . Tanpa petunjuk, manusia mau kemana?.
Kalau sudah begitu maka kebinasaan manusia dari muka bumipun tak lama lagi, merekalah yang mempercepat kiamat bagi mereka sendiri. Bukan penyakit-penykit berbahaya yang membunuh mereka, tetapi kebrobrokan moral merekalah yang mengundang penyakit-penyakit tersebut.bukan bencana alam yang membinasakan mereka,tetapi mereka jugalah yang mempercepat timbulnya reaksi alam yang seharusnya bisa dicegah.
B. PONDOK PESANTREN, BUDAYA ASLI INDONESIA
Dahulu ada beberapa santri yang dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu kepada kyai (atau buya di Sumatra barat, anjengan di jawa barat, bendoro di Madura, dan tuan guru di Lombok). Mereka menetap di rumah sang kyai. Semakin hari, dengan semakin banyaknya santri yang belajar, maka rumah kyaipun sudah tak cukup lagi menampung para santri. Maka mereka(sang kayi dan para santrinya) bahu-membahu membuat rumah (pondok) untuk tempat tinggal para santri, itulah asal mula pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan sisitem pendidikan tertua di Indonesia dan juga merupakan produk budaya asli Indonesia yang indigenous.pendidikan ini emula merupakan pendidikan agama islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat islam di nusantara pada abad ke 13.
Namun pondok pesantren dengan system lama ( disebut juga pesantren salaf) memiliki beberapa titik lemah dalam sistem dan manajemennya. Hal inilah yang menyebabkan sulit berkembangnya pondok pesantren. Sisi paling lemah dalam manajemen pesantren tradisional adalah fungsi kaderisasi. Sisi paling lemah dalam manajemen pesantren tradisional adalah fungsi kaderisasi. Biasanya kaderisasi berjalan dengan system bakat alam, yaitu santri yang dianggap mampu dan terpilhlah yang menggantikan sang kyai. Ada juga beberapa pesantren yang menggunakan system layaknya monarki dalam pemerintahan, anak dari sang kyailah yang otomatis menggantikanya. Tetapi dengan system tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Banyak para santri dan juga putra sang kyai yang tidak mampu memimpin pondok pesantren setelah ditinggal sang kyai.sehingga semakin lama kualitas pesantren tersebut semakin menurun seiring dengan estafet pengkaderan yang baru.
Demikian pula halnya dengan disiplin, pondok-pondok tradisional bisanya tidak dilengkapi dengan peraturan ketat, bahkan terkesan terlalu bebas. Tidak ada pengawasan dan peringatan.akhirnya lembaga seperti ini tidak akan menghasilkan alumni yang berkualitas.
C Ide jenius trimurtri
Di tengah kerusakan sistem pendidikan dan kemunduran nilai-nilai moral masyarakat maka usaha para kyai ( dalam hal ini trimurti perdiri PM Gontor) dalam mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam adalah ide jenius. Untuk membentengi akidah, moral, serta membentuk mental seorang muslim dibutuhkan suatu miliu yang mendukungnya, padahal situasi kehidupan masyarakat sudah terkontaminasi dengan paham isme-isme yang banyak dipopulerkan barat. Oleh sebab itu didirikanlah suatu lembaga pendidikan berupa pondok pesantren seperti layaknya pondok pesantren di masa itu. Tetapi dengan beberapa perubahan yang mendasar.. Karena pesantren-pesantren pada masa itu meskipun terbukti mampu menjadi benteng akidah dan moral, tetapi kurang bersahabat dengan kemajuan zaman yang mengedepankan efektifitas dan efisiensi. Dan nantinya lembaga seperti hanya akan mengulang kesalahan gereja pada masa lampau, yang berseberangan dengan ilmu pengetahuan modern. Sikap yang menolak kemajuan iptek seperti itu hanya akan menimbulkan opini buruk tentang para santri, santri dengan ramai dikonotasikan sebagai orang kolot berbalut busana kumal yang hanya tunduk pada perintah kyainya..
Tatanan masyarakat islam adalah suatu tujuan yang ingin diwujudkan oleh trimurtri. Ini tersirat dari orientasi pondok yang empat: kemasyarakatan, sederhana, tidak berpolitik praktis, dan thalabul ilmi. Orientasi pondok yang berupa kemasyrakatan pada akhirnya menciptakan jiwa-jiwa yang berguna bagi masyarakat dengan berbagai cara, penciptaan lapangan pekerjaan merupakah contoh kecil terkonkrit. berbeda dengan sekolahnya colonial yang tujuan akhirnya hanyalah ijazah demi mengapai mimpi hidup enak bergaji rutin dengan menjadi pegawai.
Penggunaan system asrama merupakan usaha untuk membentengi para santrinya dari pengaruh-pengaruh buruk masyarakat luar yang telah tercemari kebudayaan barat. Juga untuk menempa mereka (para santri) dalam kawah candradimuka demi menelurkan ksatria-ksatria mandiri. Hasilnya, para santri alumni atau bahkan orang yang pernah belajar di pondok modern Darussalam gontor memiliki kecerdasan ESQ di atas rata-rata. Tak perlu training ESQnya Ari Ginanjar untuk itu, karena setiap hari para santri sudah harus mengikuti “ natural training” dalam kehidupan mereka.
Pun dalam masalah penggunaan bilingual language dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah gencarnya usaha barat dalam mempromasikan bahasa ibu mereka (bahasa inggris) pondok berusaha membentengi kelestarian bahasa Al-quran dengan cara pembelajaran yang aktif. Ini merupakan bentuk defensive, untuk strategi ofensifnya, pondokpun mengajarkan kemampuan berbahasa inggris. Demi memunculkan santri aktual yang tidak hanya faaqih dalam ilmu-ilmu keagamaan, tetapi juga menjadi santri yang kompeten dan mampu berkomunikasi di tengah kemajuan teknologi saat ini.
Pondok Modern Darussalam Gontor, meskipun bukanlah pondok pesantren dengan sistem modern pertama, tetapi bisa dikategorikan sebagai pondok modern terefektif dan terefisien dalam mencetak kader-kader pemimpin yang dibutuhkan oleh kaum muslimin saat ini. Pelan tapi pasti, mulai banyak bermunculan para tokoh masyarakat, ulama, pakar-pakar dalam berbagai bidang yang berasal dari pondok pesantren modern, terutama Pondok Modern Darussalam Gontor. Dan nantinya diharapkan semakin banyak alumni yang meggerakkan masyarakat di semua lapisan. Sehingga terciptalah kembali peradaban islam seperti yang dicita-citakan trimurtri.

0 komentar:

Posting Komentar