RSS
Semua orang hidup dalam tempurung, dan semua menganggap itulah alam semesta.

Jumat, 22 Februari 2013

Manusia Renaisans



Masalah yang perlu diperhatikan dari kemajuan fisik adalah kemunduran mental.

Perkakas punya dua sisi mata uang, manfaat dan mudarat. Pisau dapat mengiris sekaligus melukai. Penemuan mesin uap pertama-tama mempermudah pekerjaan pabrik. Terkatrolnya kualitas hidup umat manusia jadi efek dominonya. Lalu, revolusi industri memunculkan banyak pengangguran, penyakit-penyakit baru, polusi lingkungan, dan banyak lagi. Imperialisme juga merajalela setelah ditemukannya senjata api. Perang dunia pecah.

Kehebatan manusia menyederhanakan perkara ternyata dibarengi dengan tuntutan kebijaksanaan lebih besar. Contoh gampangnya Indomie. Anda bisa menikmatinya kapan saja, dengan cara penyajian yang super instan tentu saja. Tapi, sajian lezat nan praktis ini mengharuskan Anda mengenalinya lebih jauh. Bukan hanya yang ditawarkan kemasan. Anda harus tahu efek samping mengkonsumsinya berlebihan. Dosis maksimum pemakaian. Bahkan cara penyajiannya pun harus benar-benar diperhatikan. Ternyata, ada informasi yang mengatakan bahwa makan indomie harus berselang tiga hari. Ada juga yang bilang bumbunya tidak boleh ikut di masak. Karena senyawa kimia yang terkandung akan bereaksi negative  bila dipanaskan. Nah, loh!

Semenjak masa Renaissans, manusia memang semakin cerdik. Mereka mulai membuat lompatan-lompatan besar dalam sejarah. Metode empiris ditemukan. Copernicus, di hari kematiannya mengungkap teori yang mendobrak doktrin lama gereja, geosentris. Teori ini dikenal sebagai heliosentris.

Kepler dan Galileo lalu merambah angkasa luar. Kepler menemukan bahwa garis edar planet adalah elips. Galileo menemukan bulan-bulan Jupiter. Sementara itu, Sir Isaac Newton, menemukan hukum gravitasi universal. Semua temuan itu tak pernah dibayangkan pada masa sebelumnya.

Temuan demi temuan itu pada dasarnya karena manusia semakin percaya diri. Bahkan sampai ada istilah manusia renaisans, terma yang disematkan pada manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Renaisans membawa pandangan baru tentang manusia, humanisme. Paradigma ini berkebalikan dengan mindset pada abad pertengahan. Manusia merasa berharga. Tapi sekaligus merasa sangat hebat.

Manusia mulai pongah. Mereka kehilangan kesadaran bahwa kemajuan fisik juga mengharuskan kebijaksanaan lebih besar. Ada anonim berbahasa Inggris yang berbunyi begini, “when you feel you are good enough, you have just started your decline.” Ya, ketika Anda mulai berpikir Anda sudah cukup bagus, Anda baru saja memulai kehancuran.

Humanis renaisans tak ikut mengambil kebijaksanaan seniornya, para humanis Yunani Kuno. Kaum Epicurean yang mewakili humanis Yunani kuno menekankan pentingnya ketenangan, sikap tak berlebihan, dan  pengendalian diri. Kini, di saat manusia merasa cerdas dengan kemajuan fisik yang mereka ciptakan, lamat-lamat alam menunjukkan taringnya. Alam tak lagi ramah. Manusia tak sadar. Kemudahan akses yang diciptakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata malah menganggu kelestarian alam. Kelangsungan hidup manusia sendiri jadi ikut terancam.

Menurut saya, logika sang pemrakarsa logika baru yang tokoh besar Renaissans itu, Francis Bacon, kurang tepat saat menyatakan “pengetahuan adalah kekuasaan”. Ada kebijaksanaan yang lebih pantas untuk berkuasa. Kemudian pada akhirnya, kebijaksanaan Tuhan di atas segalanya. Wa lan tajida lisunnatillah tabdîlan.

0 komentar:

Posting Komentar